Untuk membangun sebuah PERADABAN dibutuhkan KREATIVITAS, SEMANGAT dan KERJA KERAS Bukan sekedar simbol atau pilihan Tetapi juga REKAM JEJAK yang akan kita tinggalkan... ( Niar Villario )
Selasa, 09 Mei 2017
Keutamaan Nisfu Sya'ban dan Do'a Malam Nisfu Syaban
KEUTAMAAN NISFU SAY'BAN DAN DO'A MALAM
NISFU SYA'BAN
Nisfu
Sya'ban adalah hari peringatan Islam yang jatuh pada pertengahan bulan Sya'ban.
Dalam kalangan Islam, Nisfu Sya'ban diperingati menjelang bulan Ramadhan. Pada
malam ini biasanya diisi dengan pembacaan Surat Yaasiin tiga kali berjamaah
dengan niat semoga diberi umur panjang, diberi rizki yang banyak dan barokah,
serta ditetapkan imannya.
Peringatan
Nisfu Sya'ban tidak hanya
dilakukan di Indonesia saja. Al-Azhar sebagai yayasan pendidikan tertua di
Mesir bahkan di seluruh dunia selalu memperingati malam yang sangat mulia ini.
Hal ini karena diyakini pada malam tersebut Allah akan memberikan keputusan
tentang nasib seseorang selama setahun ke depan. Keutamaan malam nisfu Sya'ban
diterangkan secara jelas dalam kitab Ihya' Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali.
KEUTAMAAN NISFU SAY'BAN DAN DO'A
MALAM NISFU SYA'BAN
|
Imam
Ghazali mengistilahkan malam Nisfu Sya’ban sebagai malam yang penuh dengan
syafaat (pertolongan). Menurut al-Ghazali, pada malam ke-13 bulan Sya’ban Allah
SWT memberikan seperti tiga syafaat kepada hambanya. Sedangkan pada malam
ke-14, seluruh syafaat itu diberikan secara penuh. Dengan demikian, pada malam
ke-15, umat Islam dapat memiliki banyak sekali kebaikan sebagai penutup catatan
amalnya selama satu tahun. Karepa pada malam ke-15 bulan Sya’ban inilah,
catatan perbuatan manusia penghuni bumi akan dinaikkan ke hadapan Allah SWT.
Para
ulama menyatakan bahwa Nisfu Sya’ban juga dinamakan sebagai malam pengampunan
atau malam maghfirah, karena pada malam itu Allah SWT menurunkan pengampunan
kepada seluruh penduduk bumi, terutama kepada hamba-Nya yang saleh.
Tentang
keutamaan malam Nisfu Sya’ban ini, dimana kita dianjurkan untuk melakukan
ibadah terutama untuk memohon ampun, memohon rezeki dan umur yang bermanfaat,
terdapat beberapa hadis yang menurut sebagian ulama sahih. Diantaranya
Diriwayatkan
dari Siti A’isyah ra berkata, : "Suatu malam rasulullah salat, kemudian
beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah diambil,
karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak.
Setelah Rasulullah usai salat beliau berkata: “Hai A’isyah engkau tidak dapat
bagian?”. Lalu aku menjawab: “Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang
tidak-tidak (menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu
lama”. Lalu beliau bertanya: “Tahukah engkau, malam apa sekarang ini”.
“Rasulullah yang lebih tahu”, jawabku. “Malam ini adalah malam nisfu Sya’ban,
Allah mengawasi hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta
ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan
menyingkirkan orang-orang yang dengki” (H.R. Baihaqi) .
Diriwayatkan
dari Siti Aisyah ra bercerita bahwa pada suatu malam ia kehilangan Rasulullah
SAW. Ia lalu mencari dan akhirnya menemukan beliau di Baqi’ sedang
menengadahkan wajahnya ke langit. Beliau berkata: “Sesungguhnya Allah Azza
Wajalla turun ke langit dunia pada malam nishfu Sya’ban dan mengampuni (dosa)
yang banyaknya melebihi jumlah bulu domba Bani Kalb.” (HR Turmudzi, Ahmad dan
Ibnu Majah)
Diriwayatkan
oleh Abu Musa Al-Asy’ari RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah
pada malam nishfu Sya’ban mengawasi seluruh mahluk-Nya dan mengampuni semuanya
kecuali orang musyrik atau orang yang bermusuhan.” (HR Ibnu Majah)
Diriwayatkan
dari Ali bin Abi Thalib KW bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Jika malam nishfu
Sya’ban tiba, maka salatlah di malam hari, dan berpuasalah di siang harinya,
karena sesungguhnya pada malam itu, setelah matahari terbenam, Allah turun ke
langit dunia dan berkata, Adakah yang beristighfar kepada Ku, lalu Aku
mengampuninya, Adakah yang memohon rezeki, lalu Aku memberinya rezeki , adakah
yang tertimpa bala’, lalu Aku menyelamatkannya, demikian seterusnya hingga
terbitnya fajar.” (HR Ibnu Majah).
Demikianlah
keutamaan dan kelebihan malam Nishfu Sya’ban yang Insya Allah akan jatuh pada
Senin tgl 26 Juli 2010 sore hingga subuh . Marilah kita manfaatkan malam yang
mulia ini untuk mendekatkan diri dan memohon ampunan dan berdzikir
sebanyak-banyaknya kepada Allah. SWT
“Allaahumma Yaa Dzal Manni Walaa
Yumannu ‘Alaika Yaa Dzal Jalaali Wal Ikraam, Yaa Dzath Thauli Walin’aam, Laa
Ilaaha Illaa Anta, Dhahrul Laajiin, Wa Jaarul Mustajiiriin, Wa Amaanul Khaa
Ifiin, Allaahumma In Kunta Katabta Nii ‘Indaka Fii Ummil Kitaabi Syaqiyyan Aw
Mahruuman Aw Mathruudan Aw Muqtarran ‘Alayya Fir Rizqi, Famhullaa Humma Bi
Fadllika Syaqaawatii Wa Hirmaanii Wa Thardii Waq Titaari Rizqii Wa Ats-Bitnii
Indaka Fii Ummil Kitaabi Sa’iidan Marzuuqan Muwaffaqallil Khairaat. Fa Innaka
Qulta Wa Qaulukal Haqqu Fii Kitaabikal Munazzali ‘Alaa Nabiyyikal Mursali,
Yamhul Laahumaa Yasyaa U Wa Yutsbitu Wa ‘Indahuu Ummul Kitaab. Ilaahii
Bittajallil Aa’dhami Fii Lailatin Nishfi Min Syahri Sya’baanil Mukarramil Latii
Yufraqu Fiihaa Kullu Amrin Hakiim Wa Yubram, Ishrif ‘Annii Minal Balaa I Maa
A’lamu Wa Maa Laa A’lam Wa Anta ‘Allaamul Ghuyuubi Birahmatika Yaa Arhamar
Raahimiin.
artinya:
“Ya
Allah Tuhanku Pemilik nikmat, tiada ada yang bisa memberi nikmat atasMU. Ya
Allah Pemilik kebesaran dan kemuliaan. Ya Allah Tuhanku Pemilik kekayaan dan
Pemberi nikmat. Tidak ada yang patut disembah hanya Engkau. Engkaulah tempat
bersandar. Engkaulah tempat berlindung dan padaMUlah tempat yang aman bagi
orang-orang yang ketakutan. Ya Allah Tuhanku, jika sekiranya Engkau telah
menulis dalam buku besarMU bahwa adalah orang yang tidak bebahagia atau orang
yang sangat terbatas mendapat nikmatMU, orang yang dijauhkan daripadaMU atau
orang yang disempitkan dalam mendapat rizki, maka aku memohon dengan karuniaMU,
semoga kiranya Engkau pindahkan aku kedalam golongan orang-orang yang
berbahagia, mendapat keluasan rizki serta diberi petunjuk kepada kebajikan. Sesungguhnya
Engkau telah berkata dalam kitabMU yang telah diturunkan kepada RasulMU, dan
perkataanMU adalah benar, yang berbunyi: Allah mengubah dan menetapkan apa-apa
yang dikehendakiNYA dan padaNYA sumber kitab. Ya Allah, dengan tajalliMU Yang
Mahabesar pada malam Nisfu Sya’ban yang mulia ini, Engkau tetapkan dan Engkau
ubah sesuatunya, maka aku memohon semoga kiranya aku dijauhkan dari bala
bencana, baik yang aku ketahui atau yang tidak aku ketahui, Engkaulah Yang
Mahamengetahui segala sesuatu yang tersembunyi. Dan aku selalu mengharap
limpahan rahmatMU ya Allah Tuhan Yang Maha Pengasih.”
Sahabatku,
Perlu
saya tekankan di sini, tidak ada larangan dari Rasul untuk berdoa di malam
Nisfu Sya’ban, justru pelarangan akan hal ini merupakan perbuatan munkar, sebagaimana
sabda Rasulullah saw : “sungguh sebesar besarnya dosa muslimin dg muslim
lainnya adalah pertanyaan yg membuat hal yg halal dilakukan menjadi haram,
karena sebab pertanyaannya” (Shahih Muslim)
Dari
paparan di atas, kita sebagai umat Islam angat dianjurkan untuk meramaikan
malam Nisfu Sya’ban dengan cara memperbanyak ibadah, shalat sunnah,
memperbanyak bacaan zikir, memperbanyak baca'an shalawat, membaca al-Qur’an,
bersedekah, berdo’a dan mengerjakan amal-amal salih lainnya.
Sejak
semula, Rasulullah Muhammad SAW telah mensinyalir bahwa bulan Sya’ban atau
bulan ke-8 dari perhitungan bulan Qamariyah (Hijriah) merupakan bulan yang
biasa dilupakan orang.
Maksud
Rasulullah, hikmah dan berbagai kemuliaan dan kebajikan yang ada dalam bulan
Sya’ban dilupakan orang. Mengapa dilupakan? Menurut pengakuan Rasulullah,
karena bulan Sya’ban berada di antara dua bulan yang sangat terkenal
keistimewaannya. Kedua bulan dimaksud adalah bulan Rajab dan bulan Ramadan.
Bulan Rajab selalu diingat karena di dalamnya ada peristiwa Isra Mikraj yang
diperingati dan dirayakan sedang bulan Ramadan ditunggui kedatangannya karena
bulan ini adalah bulan yang paling mulia dan istimewa di antara bulan yang ada.
Lantas
apa dan bagaimana bulan Sya’ban? Keistimewaan dan kemuliaan bulan Sya’ban
terletak pada pertengahannya, sehingga disebut dengan Nisfu Sya’ban. Nisfu
artinya setengah atau seperdua, dan Sya’ban sebagaimana disebut pada awal
tulisan ini, adalah bulan kedelapan dari tahun Hijrah. Nisfu Sya’ban secara
harfiyah berarti hari atau malam pertengahan bulan Sya’ban atau tanggal 15
Sya’ban. Kata Sya’ban sendiri adalah istilah bahasa Arab yang berasal dari kata
syi’ab yang artinya jalan di atas gunung.
Bulan
kedelapan dari tahun Hijriah itu dinamakan dengan Sya’ban karena pada bulan itu
ditemukan banyak jalan untuk mencapai kebaikan. Malam Nisfu Sya’ban dimuliakan
oleh sebagian kaum muslimin karena pada malam itu diyakini dua malaikat
pencatat amalan keseharian manusia; Raqib dan Atib, menyerahkan catatan amalan
manusia Allah SWT, dan pada malam itu pula catatan-catatan itu diganti dengan
catatan yang baru.
Diriwayatkan
bahwa Rasulullah bersabda “Bulan Sya’ban itu bulan yang biasa dilupakan orang,
karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadan. Ia adalah bulan
diangkatnya amal-amal oleh Tuhan. Aku menginginkan saat diangkat amalku aku
dalam keadaan sedang berpuasa (HR Nasa’I dari Usamah).
Sehubungan
dengan hal itu Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan pengakuan Aisyah ra.” lam
yakunin Nabiyi sha mim yashumu aksara min sya’baana finnahu kaana yashumuhu
kulluhu kaana yashumuhu illa qalilan. Maksud Aisyah dalam periwayatan ini bahwa
Nabi Muhammad SAW paling banyak berpuasa pada bulan Sya’ban.
Lebih
jauh dari itu, pada malan Nisfu Sya’ban Allah SWT menurunkan berbagai kebaikan
kepada hambanya yang berbuat baik pada malam tersebut. Kebaikan-kebaikan itu
berupa syafaat (pertolongan), magfirah (ampunan), dan itqun min azab
(pembebasan dari siksaan). Oleh karena itu malam Nisfu Sya’ban diberi nama yang
berbeda sesuai dengan penekanan kebaikan yang dikandungnya.
Imam
al-Gazali mengistilahkan malam Nisfu Sya’ban sebagai malam Syafaat, karena
menurutnya, pada malam ke-13 dari bulan Sya’ban Allah SWT memberikan seperti
tiga syafaat kepada hambanya. Lalu pada malam ke-14, seluruh syafaat itu
diberikan secara penuh. Meskipun demikian ada beberapa gelintir orang yang
tidak diperuntukkan pemberian syafaat kepadanya. Orang-orang yang tidak diberi
syafaat itu antara lain ialah orang-orang yang berpaling dari agama Allah dan
orang-orang yang tidak berhenti berbuat keburukan.
Nisfu
Sya’ban dinamakan juga sebagai malam pengampunan atau malam magfirah, karena
pada malam itu Allah SWT menurunkan pengampunan kepada seluruh penduduk bumi,
terutama kepada hambanya yang saleh. Namun dalam pemberian ampunan itu
dikecualikan bagi orang-orang yang masih tetap pada perbuatannya mensyarikatkan
Allah alias musyrik, dan bagi mereka yang tetap berpaling dari Allah SWT. Nabi
bersabda: ?Tatkala datang malam Nisfu Sya’ban Allah memberikan ampunanNya
kepada penghuni bumi, kecuali bagi orang syirik (musyrik) dan berpaling dariNya
(HR Ahmad).
Kecuali
Enam Golongan
Ibn
Ishak meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa pernah Rasulullah memanggil
isterinya, Aisyah dan memberitahukan tentang Nisfu Sya’ban. “Wahai Humaira, apa
yang engkau perbuat malam ini? Malam ini adalah malam di mana Allah yang Maha
Agung memberikan pembebasan dari api neraka bagi semua hambanya, kecuali enam
kelompok manusia”.
Kelompok
yang dimaksud Rasulullah yaitu,
Pertama,
kelompok manusia yang tidak berhenti minum hamr atau para peminum minuman keras.
Sebagaimana berulang kali dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan hamr adalah
jenis minuman yang memabukkan, baik jenis minuman yang dibuat secara
tradisional mapun jenis minuman yang dibuat secara modern. Istilah populernya
adalah minuman keras atau miras. Yang disebut pertama antara lain tuak atau
ballok, baik ballok tala, ballok nipa, maupun ballok ase. Sementara yang
disebut kedua antara lain bir dan whyski. Termasuk kategori sebagai orang yang
tidak berhenti minum hamr ialah orang-orang menyiapkan minuman tersebut atau
para pembuat dan pengedarnya. Mereka ini tidak mendapat pembebasan dari api
neraka, tetapi malah diancam dengan siksaan api neraka.
Kedua,
orang-orang yang mencerca orang tuanya. Termasuk kategori mencerca orang tua
ialah berbuat jahat terhadap orang tua yang dalam hal ini ibu bapak. Menurut
ajaran agama yang menyatakan syis saja kepada ibu atau bapak itu sudah termasuk
dosa. Membentak orang tua termasuk perbuatan yang sangat dilarang. Allah SWT di
samping menegaskan kepada manusia untuk tidak beribadah selainNya, maka kepada
kedua orangtua berbuat baiklah. Waqadha Rabbuka an La ta’buduu Illah Iyyahu wa
bilwalidaini ihsanan (al-Isra: 17:23). Perbutan kategori baik terhadap orang
tua antara lain bertutur kata kepada keduanya dengan perkataan yang mulia,
merendahkan diri kepada keduanya dengan penuh kasih sayang, dan kepada keduanya
didoakan; “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku di waktu kecil.”
Ketiga,
orang-orang yang membangun tempat zina. Tempat berzina dimaksud adalah tempat
pelacuran yang kini nama populernya tempat PSK (pekerja seks komersial).
Golongan atau kelompok orang yang seperti ini, pada malam Nisfu Sya’ban tidak
mendapat pembebasan dari api neraka, tetapi sebaliknya mereka dijanji dengan
siksaan dan azab.
Keempat,
orang-orang atau para pedagang yang semena-mena menaikkan harga barang
dagangannya sehingga pembeli merasa dizalimi. Misalnya, penjual bahan bakar
minyak, termasuk minyak tanah. Harga dagangan jenis ini sudah ada harga
standar, tetapi kalau penjualnya menaikkan harganya secara zalim, maka penjual
yang demikian itulah yang tidak mendapat pembebasan dari neraka.
Kelima,
petugas cukai yang tidak jujur. Termasuk kategori petugas cukai adalah para
kolektor pajak atau orang-orang yang menagih pajak dan retribusi. Misalnya
petugas cukai yang bertugas di pasar-pasar yang menerima uang atau cukai dari
penjual dengan bukti penerimaan dengan karcis. Salah satu bentu ketidakjujuran
kalau uang diterima tetapi tidak diserahkan bukti penerimaan (karcis).
Keenam,
kelompok orang-orang tukang fitnah. Orang-orang kelompok ini suka menyebarkan
isu dan pencitraan buruk yang sesungguhnya hanyalah sebuah fitnah. Keenam
golongan inilah yang disebut tidak mendapat fasilitas itqun minannar.
Atas
dasar itu, kiranya kita semua dapat menyadari bahwa sesungguhnya bulan Sya’ban
merupakan bulan persiapan untuk memasuki bulan suci Ramadan. Persiapan itu
meliputi persiapan mental dan persiapan fisik. Manusia atau umat hendaknya
memasuki bulan suci Ramadan sudah dalam keadaan iman yang mantap dan sudah
dalam keadaan mendapatkan syafaat, dan sudah dalam keadaan mendapat jaminan dan
pembebasan dari siksaan api neraka.
Rabu, 05 April 2017
MAPING JURNAL Factors Affecting Organizational Citizenship Behavior among Malaysian Bank Employees: The Moderating Role of Islamic Work Ethic
niarvillario17an@gmail.com
MAPING JURNAL
Judul
Penelitian
|
Factors
Affecting Organizational Citizenship Behavior among Malaysian Bank Employees:
The Moderating Role of Islamic Work Ethic
|
Pengarang
|
1.
Jihad Mohammad
2. Farzana
Quoquab
3.
Rosmini Omar
|
Penerbit
|
University
Teknologi MARA Sarawak
|
Tahun
Terbit
|
2015
|
Tujuan
Penelitian
|
Mengetahui
hubungan dan pengaruh dari distributive
justice (DJ), Islamic work ethic (IWE), procedural justice (PJ), terhadap
organizational citizenship behavior
(OCB).
|
Variabel
Penelitian
|
1.
distributive
justice (DJ),
2.
Islamic work
ethic (IWE),
3.
procedural
justice (PJ),
4.
organizational
citizenship behavior (OCB)
|
Hipotesa
Penelitian
|
-
H1: Distributive justice will be positively
associated with OCB.
-
H2: Procedural justice will be positively
associated with OCB.
-
H3: Islamic work ethic will moderate the
relationship between DJ and OCB.
-
H4: Islamic work ethic will moderate the
relationship between PJ and OCB.
|
Objek/Sample/Periode
Penelitian
|
Para peneliti
menghubungi departemen sumber daya manusia dari 16 bank syariah dan meminta
izin mereka untuk survei
karyawan mereka. Setelah menerima persetujuan dari manajemen puncak, 320
kuesioner didistribusikan ke
organisasi-organisasi
yang setuju untuk mengambil bagian dalam survei ini (delapan bank syariah).
Sebagai imbalannya, 203 karyawan merespon dengan kuesioner, dan 192 ditemukan dapat digunakan
untuk analisis.
|
Teknik
Analisa
|
Hipotesis
penelitian diuji berdasarkan persamaan struktural pemodelan menggunakan Least
Squares (PLS).
Penelitian
ini menggunakan teknik statistik ini untuk mencapai tujuan penelitian yaitu,
untuk menguji memprediksi kemampuan keadilan organisasi secara keseluruhan
dan untuk memaksimalkan varians dijelaskan dalam OCB dan PSY. Perangkat lunak
Cerdas PLS M2 versi 2.0 (Ringle, Wende &
Will 2005) digunakan untuk menganalisis data dengan ion applicat bootstrap prosedur untuk menentukan tingkat
signifikan factor loading dan koefisien jalur. Anderson dan Gerbing’S (1988) dua prosedur tahapan
(Inner dan Outer) untuk menilai model penelitian ini dan
mengevaluasi
model pengukuran diikuti
dengan
menguji model struktural.
|
Temuan
Penelitian
|
Temuan
penelitian ini tidak mendukung efek moderasi dari etika kerja Islam pada
hubungan antara DJ dan OCB, dan antara PJ dan
OCB. Dengan kata lain, tidak ada perbedaan yang signifikan antara karyawan yang kuat dan mereka yang
lemah pada etos kerja Islam ketika menguji hubungan antara
DJ, PJ, dan
OCB dalam konteks perbankan Islam. Ini berarti bahwa karyawan, terlepas dari apakah
mereka kuat atau lemah pada IWE, melebihi
tugas utama mereka dan melakukan OCB ketika
mereka memandang organisasi mereka sudah adil terhadap mereka.
|
Keterbaharuan
|
Hubungan yang tidak konsisten antara keadilan distributif, keadilan prosedural dan perilaku kewarganegaraan organisasi meberikan inspirasi penelitian ini untuk memperkenalkan variabel moderator baru. Penelitian ini termasuk etos kerja Islam sebagai variabel ketiga yang memiliki potensi untuk menyelesaikan konflik dalam literatur yang ada. Penelitian ini menyarankan Kerja Islam Ethic (IWE) untuk mendamaikan kontradiksi ini. |
Keterbatasan
Penelitian
|
Sampel penelitian ini terbatas pada bank-bank organisasi
Islam yang ada di Malaysia. Hal ini dapat membatasi
generalisasi pada temuan penelitian ini.
Tidak disebutkannya periode penelitian yang telah
dilakukan.
|
Saran
untuk penelitian selanjutnya
|
Penelitian
ini menggunakan metode cross sectional untuk mengumpulkan data dari
responden. Hal ini dapat menimbulkan pertanyaan tentang arah kausalitas. Penelitian masa depan dapat memanfaatkan pendekatan
longitudinal untuk mengatasi masalah ini.
Penelitian selanjutnya dapat mereplikasi penelitian ini
dalam konteks penelitian yang berbeda dan di berbagai negara untuk
meningkatkan kemampuan generalisasi dari temuan.
|
Langganan:
Postingan (Atom)