METODE PENELITIAN BISNIS
A.
Konsep
Dasar Penelitian
Definisi
riset (penelitian) menurut Uma Sekaran (2003): Suatu investigasi atau penyelidikan
yang terorganisasi (terkelola), sistematis, berbasis data, kritikal
terhadap suatu masalah dengan tujuan
menemukan jawaban atau solusinya.
Metodologi
penelitian, menurut Sugiyono (1999): merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara atau metode ilmiah berarti kegiatan penelitian didasarkan pada
ciri-ciri keilmuan, yaitu: rasional, empiris, dan sistematis.
Data penelitian yang diperoleh adalah data
empiris (teramati), dan mempunyai kriteria valid. Untuk mendapatkan data yang valid tidak mudah,
oleh karena itu perlu dilakukan derajad reliabilitas
(derajad konsistensi/kejegan) dan obyektivitas (berkenaan dengan
interpersonal agreement) data penelitian yang terkumpul.
Tujuan dan kegunaan
tertentu. Secara umum ada tiga macam
tujuan penelitian yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian, dan
pengembangan. Kegunaan (manfaat) hasil penelitian
dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.
Dua pola pendekatan rasional (proses argumen) untuk
menemukan jawaban masalah penelitian (hipotesis) yaitu proses deduksi
dan proses induksi. Deduksi adalah
proses dimana kita menarik suatu kesimpulan didasarkan melalui generalisasi
logis dari sebuah fakta yang diketahui. Induksi adalah merupakan proses
pengambilan kesimpulan berdasarkan hasil
pengamatan fenomena tertentu. Atau dengan kata lain, dalam induksi,
yaitu secara logis membuat sebuah proposisi umum berdasarkan fakta yang dialami
(Uma Sekaran, 2003).
B. Jenis-Jenis Penelitian
Cooper
and Schindler (2001) menyebutkan ada empat macam kegiatan riset (penelitian):
a. Pelaporan (reporting), yaitu penelitian
dilakukan untuk menyediakan data atau informasi yang diperlukan untuk evaluasi
dan keputusan tertentu.
b. Penggambaran (descriptive), yaitu penelitian
yang bertujuan untuk menggambarkan atau mendefinisikan siapa yang terlibat di
dalam suatu kegiatan, apa yang dilakukannya, kapan dikerjakan, di mana dan
bagaimana melakukannya.
c. Penjelasan (explanatory), yaitu penelitian yang
mencoba menjelaskan fenomena yang ada.
d. Prediksi (predictive),
yaitu penelitian yang mencoba menjelaskan apa yang akan terjadi dari suatu
fenomena.
Pada sisi lain,
pembagian jenis-jenis penelitian secara lengkap atau rinci menurut
tujuan, metode, tingkat eksplanasi dan data dapat diklasifikasi seperti
berikut:
JENIS-JENIS PENELITIAN MENURUT TUJUAN, METODE,
TINGKAT EKSPLANASI DAN DATA
Tujuan
|
Metode
|
Tingkat Eksplanasi
|
Analisis dan Jenis Data
|
A. Murni
B. Terapan
|
1. Survai
2. Ex Post Facto
3. Eksperimen
4. Naturalistik
5. Policy
Research
6. Action Research
7. Evaluasi
8. Sejarah
|
a.
Deskriptif
b.
Komparatif
c.
Asosiatif
|
1. Kuantitatif
2. Kualitatif
3. Gabungan
|
C. Macam-Macam
Data Penelitian
Pada
skema berikut menunjukkan klasifikasi macam-macam data penelitian:
D. Proses Penelitian
Penelitian
kuantitatif (sciencetific research) didasarkan pada paradigma
positivisme yang berstruktur logico-hypotheco-verificative yang
berlandaskan pada asumsi mengenai obyek empiris (Yuyun Suriasumantri, 1978). Asumsi ilmu yang pertama
bahwa obyek/fenomena dapat diklasifikasikan menurut sifat, jenis, struktur,
bentuk, warna, dan sebagainya. Asumsi
ilmu yang kedua adalah determinisme (hubungan sebab akibat). Pada
asumsi ini menyatakan bahwa setiap gejala ada yang menyebabkan. Asumsi ilmu yang ketiga adalah
bahwa suatu gejala tidak akan mengalaimi perubahan dalam waktu tertentu. Jika
gejala yang diteliti itu berubah terus maka akan sulit dipelajari.
Berdasarkan ketiga asumsi tersebut dan
berlandaskan pada metode ilmiah yang bersifat logico-hypotheco-verificative,
maka proses penelitian kuantitatif akan bersifat linear. Adapun
skema proses penelitian kuantitatif ditunjukkan pada Gambar 1 (lihat pada bagan
gambar yang telah dibagikan pada kuliah minggu pertama).
E. Definisi dan Ruang Lingkup Penelitian Bisnis
Pengertian bisnis:
a)
Hughes and
Kapoor: bisnis adalah suatu kegiatan usaha
individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna
mendapatkan keuntungan dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat.
b)
Brown and
Petrello (1976) : bisnis adalah suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa
yang dibutuhkan masyarakat.
c)
Buchari Alma
(1998) : bisnis ialah sejumlah total usaha yang meliputi bidang pertanian,
produksi, konstruksi, distribusi, transportasi, komunikasi, perhotelan, usaha
jasa, dan pemerintahan yang bergerak dalam bidang yang membuat dan memasarkan
barang dan jasa ke konsumen.
Pengertian penelitian bisnis:
Uma
Sekaran (2003): usaha yang sistematis
dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah spesifik yang dihadapi dalam
konteks dunia kerja, yang membutuhkan solusi.
Ruang Lingkup
Penelitian Bisnis:
Uma
Sekaran (2003) mengemukakan bahwa ruang lingkup penelitian bisnis meliputi: accounting,
finance, management and marketing. Accounting: budget control system,
practice and procedure. Finance : operational of financial
institution, optimum financial ratios, mergers and acquisition, leveraged
buyouts, and intercorporate financing. Management: employee attitudes and behaviors, human
resources management, production operations management, strategy formulation,
information system. Marketing: product image, advertising, sales
promotion, distribution, packaging, pricing, aftersale services, consumer
preferences, new product development.
Masalah, Variabel dan Paradigma Penelitian
A.
Masalah
Masalah dan Cara Pemecahannya
Setiap
penelitian ilmiah yang akan dilakukan selalu berangkat dari masalah, baik itu
penelitian murni maupun terapan (Emory, 1985). Memilih masalah penelitian sering
merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian (Tuckman, 1988). Bila
dalam penelitian telah dapat menemukan masalah yang sesungguhnya (benar-benar
masalah) maka pekerjaan penelitian dapat dinyatakan 50% telah selesai */(Sugiono,
1999).
HUBUNGAN ANTARA
KETEPATAN MEMILIH MASALAH
DAN CARA PEMECAHANNYA
Ketepatan Masalah
|
Ketepatan Cara Pemecahan
|
1.
Masalah benar
2.
Masalah benar
3.
Masalah salah
4.
Masalah salah
|
Cara pemecahan benar
Cara pemecahan salah
Cara pemecahan benar
Cara pemecahan salah
|
Sumber Masalah
a. Terdapat penyimpangan antara yang direncanakan dengan
kenyataan
b. Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan
kenyataan
c. Ada pengaduan
d. Ada kompetisi
Rumusan Masalah Penelitian Yang Baik
Menurut Frankel dan Wallen (1990), rumusan masalah
penelitian yang baik sekurang-kurangnya
mempunyai karakteristik:
1. Masalah harus feasible
2. Masalah harus jelas
3. Masalah harus signifikan
4. Masalah harus bersifat etis
5. Obtainable data.
Rusmusan masalah penelitian yang baik, menurut
Tuckman (1988), adalah yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih
dan dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya.
Bentuk-Bentuk Permasalahan Penelitian
Bentuk-bentuk
masalah penelitian yang dikembangkan dan didasarkan penelitian menurut tingkat
eksplanasi:
1. Permasalahan deskriptif,
Contoh:
Seberapa tinggi tingkat produktivitas karyawan PT. Mabul-Mabul?
2. Permasalahan Komparatif,
Contoh: Adakah perbedaan produktivitas kerja antara pegawai perusahaan
swasta dengan BUMN?
3.
Permasalahan asosiatif (mencerminkan hubungan dua variabel atau
lebih).
ü Hubungan simetris, yaitu hubungan dua variabel
atau lebih yang kebetulan munculnya bersama.
Contoh: Adakah hubungan antara banyaknya semut di pohon dengan tingkat
manisnya buah?
ü Hubungan kausal, yaitu hubungan sebab akibat
antara dua variabel atau lebih. Contoh: Seberapa kuat pengaruh insentif
terhadap disiplin kerja karyawan?
ü Hubungan resiprocal (timbal balik), yaitu
hubungan saling mempengaruhi. Contoh: a). Hubungan antara motivasi dan
prestasi. b). Hubungan kecerdasan dan kekayaan.
B.
Variabel Penelitian
Pengertian
Secara
teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau
obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lainnya atau satu
obyek dengan obyek lainnya (hatch and Farhady, 1981). Tinggi badan, berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin
kerja, adalah contoh atribut-atribut dari setiap orang. Berat, ukuran, bentuk,
warna, rasa benda adalah contoh atribut-atribut dari suatu obyek.
Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variabel
adalah konstruk (constructs) atau sifat yang dipelajari. Contoh: aspirasi, penghasilan, pendidikan,
status sosial, jenis kelamin, golongan gaji, produktivitas kerja dll. Dibagian
lain, Kerlinger menyebutkan bahwa variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat
yang diambil dari suatu nilai yang berbeda (different values). Selanjutnya,
Kidder (1981), menyebutkan bahwa variabel adalah suatu kualitas (qualities)
dari seseorang atau obyek dimana peneliti mempelajari dan menarik
kesimpulannya.
Macam-Macam Variabel
1.
Variabel
Independen, disebut juga variabel bebas, variabel stimulus, prediktor, antecedent.
2.
Veriabel
Dependen, disebut juga variabel tak bebas, variabel output, kriteria,
konsekuen.
3.
Variabel
Moderator, kadang disebut sebagai variabel independen kedua.
4.
Variabel
Intervening
5.
Variabel Kontrol.
C. Paradigma Penelitian
Pola hubungan dua variabel atau lebih disebut
paradigma. Atau dengan kata lain bahwa paradigma penelitian merupakan pola
pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang
sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab
melalui penelitian.
Bentuk-bentuk
paradigma atau model penelitian kuantitatif/positivisme:
1. Paradigma Sederhana
2.
Paradigma Sederhana Berurutan
3.
Paradigma Ganda dengan Variabel Dua Independen
TEORI DAN HIPOTESIS
A.
Deskripsi Teori
Teori adalah alur logika atau penalaran yang
merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara
sistematis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena atau fakta. Kinney (1986) menyebutkan bahwa penelitian
empiris melibatkan teori, hipotesis dan fakta. Teori dan hipotesis merupakan
dua hal yang berbeda tetapi berhubungan. Dalam penelitian yang bersifat
pengujian (konfirmasi), teori digunakan untuk membangun hipotesis.
Sekurang-kurangnya
teori mempunyai tiga fungsi, yaitu: (a) menjelaskan (explanation) yaitu
untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup variabel yang akan diteliti,
(b) meramalkan (prediction) yaitu untuk dasar pijakan logika dalam
merumuskan hipotesis dan instrumen penelitian,
dan (c) pengendalian (control)
dari suatu gejala atau fenomena agar dimiliki tingkat konsistensi tinggi.
Teori-teori yang dideskripsikan dalam proposal
maupun laporan penelitian dapat digunakan sebagai indikator apakah peneliti
menguasai teori dan konteks yang diteliti atau tidak. Variabel-variabel
penelitian yang tidak dapat dijelaskan dengan baik, yaitu baik dari segi
pengertian maupun kedudukan dan hubungan antar variabel yang diteliti,
menunjukkan bahwa peneliti tidak menguasai teori dan konteks penelitian
(Sugiono, 1999). Selanjutnya, untuk menguasai teori maupun
generalisasi-generalisasi, maka peneliti harus rajin membaca. Membaca adalah kunci dalam menegakkan landasan
kokoh bagi langkah-langkah penulisan berikutnya.
Sumber bacaan yang baik harus memenuhi tiga
kriteria, yaitu relevansi, kelengkapan, dan kemuthakiran. Secara teknis hasil
penelitian yang relevan dengan apa yang akan diteliti dapat dilihat dari: permasalahan
yang diteliti, waktu penelitian, tempat penelitian, sampel penelitian, metode
penelitian, analisis, dan kesimpulan (Sugiyono, 1999).
B. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir sangat penting dikemukakan
secara tulis dan jelas menunjukkan arah hubungan dua variabel atau lebih dalam
suatu model penelitian. Kerangka
berfikir (kerangka teoritis) merupakan fondasi dimana seluruh proyek
penelitian didasarkan. Kerangka teoritis adalah jaringan asosiasi yang disusun,
dijelaskan, dan dielaborasi secara logis antar variabel yang dianggap relevan
pada situasi masalah dan diidentifikasi melalui proses seperti wawancara,
pengamatan, dan survai literatur. Pengalaman dan intuisi juga berperan dalam
menyusun kerangka berfikir (kerangka teoritis) (Sekaran, 2006).
Kerangka teoritis yang baik mengidentifikasi dan
menamakan variabel-variabel penting dalam situasi yang relevan dengan masalah
penelitian. Kerangka teoritis secara logis menjelaskan sangkut paut antar
variabel. Hubungan antar variabel bebas, variabel terikat, dan jika tepat,
variabel moderator dan antara yang diuraikan (Sekaran, 2006).
Menurut
Uma Sekaran, hal-hal mendasar yang harus diperhatikan dalam kerangka teoritis
ialah:
1. Variabel yang dianggap relevan untuk studi harus
diidentifikasi dan dinamai dengan jelas dalam pembahasan.
2. Pembahasan harus
menyebutkan mengapa dua atau lebih variabel berkaitan satu sama lain.
3. Bila sifat dan arah
hubungan dapat diteorikan berdasarkan temuan penelitian sebelumnya, maka harus
ada indikasi dalam pembahasan mengenai apakah hubungan akan positip atau negatip.
4. Harus ada penjelasan yang gamblang mengenai mengapa
kita memperkirakan hubungan tersebut berlaku. Argumen bisa ditarik dari temuan
penelitian sebelumnya.
5. Suatu diagram skematis kerangka teoritis harus
diberikan agar pembaca dapat melihat dan dengan mudah memahami hubungan yang
diteorikan.
Menjelaskan dan
memprediksi
Digunakan untuk
membangun teori
Diuji dengan fakta
Mengkonfirmasi teori atau
menemukan teori baru
Diagam skema yang menunjukkan
hubungan antara teori, fakta, dan hipotesis.
C. Hipotesis
1. Definisi Hipotesis
Definisi
hipotesis, menurut Uma Sekaran (2006),
ialah sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis antara dua atau
lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Hubungan tersebut diperkirakan berdasarkan jaringan
asosiasi yang ditetapkan dalam kerangka teoritis (kerangka berpikir) yang
dirumuskan untuk studi penelitian.
Kita dapat bedakan pengertian hipotesis
penelitian dan hipotesis statistik. Hipotesis penelitian adalah
sebagaimana definisi di atas. Selanjutnya hipotesis statistik ada jika penelitian
bekerja dengan sampel. Jika penelitian
tidak menggunakan sampel maka tidak ada hipotesis statistik.
Keadaan populasi
tidak diketahui
Reduksi
Generalisasi
yang
Data dikumpulkan dari
bersifat hipotetik
sampel, kesimpulan berlaku
untuk populasi
Gambar yang menunjukkan bahwa penelitian bekerja
dengan sampel
2. Bentuk-bentuk Hipotesis
Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat
berkaitan erat dengan rumusan masalah. Adapun bentuk rumusan masalah penelitian
ada tiga, yaitu: (a) rumusan masalah deskriptif (variabel mandiri), (b) rumusan
masalah komparatif (perbandingan), (c) rumusan masalah asosiatif (hubungan).
Karena itu, maka bentuk hipotesis penelitian juga ada tiga, yaitu: (1). hipotesis
deskriptif adalah merupakan jawaban sementara rumusan masalah deskriptif, (2). hipotesis
komparatif ialah merupakan jawaban sementara rumusan masalah komparatif, dan (3). hipotesis asosiatif adalah jawaban
sementara rumusan masalah asosiatif.
a). Hipotesis deskriptif
Rumusan
Masalah deskriptif:
Seberapa kuat daya tahan
lampu pijar merek ABC?
Rumusan hipotesis deskriptif:
Rata-rata daya tahan lampu pijar
merek ABC sama dengan 1000 jam.
-Rata-rata
daya tahan lampu pijar merek ABC tidak sama dengan 1000 jam.
-Rata-rata daya tahan lampu pijar merek ABC lebih
besar dari 1000 jam.
-Rata-rata daya tahan lampu pijar
merek ABC lebih kecil dari 1000 jam.
Rumusan hipotesis statistik:
H0 : µ
= 1000
H1 : µ
≠ 1000
H1 : µ
> 1000
H1 : µ
< 1000
b). Hipotesis Komparatif
Rumusan
Masalah Komparatif:
Bagaimanakah produktivitas
kerja karyawan PT. ABC
dibandingkan karyawan PT. KLM?
Rumusan hipotesis komparatif:
Tidak terdapat perbedaan
produktivitas kerja antara karyawan PT. ABC dengan PT. KLM.
-Terdapat
perbedaan signifikan produktivitas kerja antara karyawan PT. ABC dengan
karyawan PT. KLM.
-Produktivitas
kerja karyawan PT. ABC lebih tinggi dibandingkan karyawan PT. KLM.
-Produktivitas
kerja karyawan PT. ABC lebih rendah dibandingkan karyawan PT. KLM.
Rumusan hipotesis statistik:
H0 : µabc = µklm
H1 : µabc ≠ µklm
H1 : µabc > µklm
H1 : µabc < µklm
c). Hipotesis Asosiatif
Rumusan
masalah asosiatif:
Seberapa kuat pengaruh
promosi terhadap volume penjualan di PT. ABC?
Rumusan hipotesis asosiatif:
Program
kegiatan promosi PT. ABC tidak mempunyai pengaruh terhadap perubahan volume
penjualannya.
-Kegiatan promosi mempunyai pengaruh
terhadap volume penjualan di PT. ABC.
-Kegiatan promosi berpengaruh positip terhadap volume penjualan
di PT. ABC.
-Kegiatan promosi berpengaruh negatip
terhadap volume penjualan di PT. ABC.
Rumusan hipotesis statistik:
H0 : β
= 0
H1 : β
≠ 0
H1 : β
> 0
H1 : β
< 0
POPULASI DAN SAMPEL
A. Definisi Populasi dan Sampel
Populasi ialah keseluruhan
kelompok orang, peristiwa, atau hal yang ingin peneliti investigasi (Sekaran,
2006). Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 1999).
Sampel adalah subset atau sub kelompok
populasi (Sekaran, 2006). Sampel adalah dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 1999).
Sampling (pengambilan sampel) adalah proses pemilihan unsur
dari populasi sehingga karakteristik sampel dapat digeneralisasikan pada
populasi (Sekaran, 2006).
B. Teknik Sampling
METODE PENELITIAN EKSPERIMEN
Beberapa Bentuk Desain Penelitian Eksperimen
Bagan gambar yang menunjukkan macam-macam design
experiment
1. Pre-Experimental
Designs
Disebut pre-experimental designs, karena desain
ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh, yaitu masih terdapat variabel
luar yang turut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil
eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi
oleh variabel independen. Hal ini terjadi karena tidak adanya variabel kontrol,
dan sampel tidak dipilih secara random. Ada
tiga macam bentuk pre-experimental designs, yaitu:
a).
One-Shot Case Study, padigmanya dapat digambarkan seperti berikut:
X
= treatment yang diberikan (variabel independen)
O
= Observasi (variabel dependen)
Paradigma di
atas dapat dibaca bahwa hanya terdapat satu kelompok perlakuan (treatment) dan
selanjutnya diobservasi hasilnya. Treatment adalah sebagai variabel independen,
dan hasilnya adalah variabel dependen.
b). One Group Pretest-Posttest Design
O1
= Nilai pretest (sebelum diberi diklat)
O2
= Nilai posttest (sesudah diberi diklat)
Pengaruh diklat terhadap prestasi kerja pegawai adalah
= (O2 – O1)
c). Intact-Group Comparasion
O1 = hasil
pengukuran setengah kelompok yang diberi perlakuan
O2 = hasil pengukuran setengah
kelompok yang tidak diberi perlakuan
Pengaruh
perlakuan = (O1 – O2)
2. True Experimental Design
Dalam design
model ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar (eksternal) yang
mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas
pelaksanaan rancangan penelitian) bisa menjadi tinggi. Ciri utama dari true
experimental design adalah bahwa sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun
sebagai kelompok kontrol diambil secara random (acak) dari populasi. Ada dua
bentuk rancangan true experimental design, yaitu:
a). Posttest-Only Control Design
Dalam
desain ini terdapat dua kelompok sampel yang masing-masing diambil secara
random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan X. Kelompok pertama ini disebut
kelompok eksperimen, dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kontrol.
Adapun pengaruh adanya perlakuan
(treatment) adalah (O1 – O2), yaitu ada perbedaan
signifikan atau tidak dapat diketahui melalui uji beda rata-rata dengan t-test
statistik.
b). Pretest-Control Group Design
Dalam gambar paradigma desain terdapat dua kelompok
yang dipilih atau diambil secara random, kemudian keduanya diberi pretest untuk
mengetahui perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Adapun hasil pretest yang yang baik jika nilai
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan secara
signifikan. Pengaruh treatment pd variabel ekperimen dapat diketahui melalui: (O2
– O1) – (O4 – O3).
3. Factorial Design
|
|
RO1
X Y1O2
RO3 Y1O4
RO5
X Y2O6
RO7 Y2O8
|
|
Factorial design merupakan
modifikasi dari true experimental design, yaitu dengan memperhatikan kemungkinan
adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan (variabel independen)
terhadap hasil (variabel dipenden).
Pada desain ini semua kelompok dipilih secara
random, kemudian msing-masing diberikan pretest. Kelompok penelitian dinyatakan
baik jika setiap kelompok nilai pretestnya sama. Jadi O1
= O3 = O5 = O7.
Dalam contoh desain, variabel
moderatornya adalah Y1 dan Y2.
Contoh:
Dilakukan penelitian
untuk mengetahui pengaruh metode pemasaran tertentu terhadap nilai penjualan. Untuk itu dipilih empat kelompok secara random.
Variabel moderatornya ialah jenis kelamin, yaitu laki-laki (Y1) dan
perempuan (Y2).
Treatment
(metode pemasaran baru) dicobakan pada kelompok eksperimen pertama yang telah
di pretest (O1 = kelompok laki-laki) dan kelompok eksperimen ke dua
yang telah diberi pretest (O5 = kelompok perempuan). Pengaruh perlakuan
(metode pemasaran baru) terhadap nilai penjualan barang untuk kelompok
laki-laki = (O2 – O1) – (O4 – O3).
Sedang pengaruh perlakuan terhadap nilai penjualan barang untuk kelompok
perempuan = (O6 – O5) – (O8 – O7). Bila terjadi perbedaan pengaruh metode
pemasaran terhadap nilai penjualan antara kelompok laki-laki dan kelompok
perempuan, maka penyebab utamanya adalah bukan treatment yang diberikan
(perlakuan sama), melainkan karena adanya variabel moderator, yang dalam hal
ini adalah jenis kelamin.
4. Quasi Experimental Design
Model desain eksperimental ini merupakan
pengembangan dari true experimental design, yang relatif rumit dan sulit
dilaksanakan. Desain ini memiliki kelompok kontrol, tetapi tidak dapat
berfungsi sepenuhnya untuk mengendalikan variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Meski demikian, desain ini lebih baik dari
pre-experimental design. Quasi experimental
design digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol
yang digunakan untuk penelitian. Ada dua
macam bentuk quasi experimental design, yaitu:
a). Time Series Design
Dalam
O1 O2 O3 O4 X
O5 O6 O7 O8
|
|
model time series design ini
kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih secara random.
Sebelum
dilakukan treatment, kelompok diberikan pretest sampai empat kali, dengan
maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum
diberi perlakuan. Bila hasil pretest empat kali nilainya berbeda-beda berarti kelompok
tersebut keadaannya labil, tidak menentu, dan tidak konsisten. Setelah
kestabilan keadaan kelompok dapat diketahui dengan baik, maka baru ada
treatment. Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga
tidak memerlukan kelompok kontrol.
Hasil pretest yang baik adalah O1 = O2
= O3 = O4, dan
hasil perlakuan yang baik adalah O5 = O6 = O7
= O8. Besarnya pengaruh
perlakuan adalah = (O1 + O2 + O3 + O4)
– (O5 + O6 + O7 + O8).
b). Nonequivalent Control Ggroup Design
Desain
ini hampir sama dengan pretest-posttest control design, hanya pada desain ini
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.
SKALA PENGUKURAN
DAN INSTRUMEN PENELITIAN
Dalam pengumpulan data penelitian kuantitatif
peneliti akan menggunakan instrumens yang baik agar didapat data yang
valid. Sedang pada penelitian kualitatif-naturalistik peneliti akan menjadi instrumen, karena dalam
penelitian ini peneliti merupakan key instrumens. Instrumen digunakan untuk mengukur
variabel. Hasil pengukuran disebut data
yang selanjutnya digunakan untuk analisis obyek
penelitian. Adapun macam
karakteristik perangkat instrumen yang diperlukan bergantung jenis atau macam skala
ukur data yang akan dikoleksi.
Macam-Macam Skala Pengukuran
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang
digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada
dalam alat ukur. Sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran
akan menghasilkan data kuantitatif. Macam-macam
skala ukur data dalam penelitian dibedakan menjadi: skala nominal, skala
ordinal, skala interval, dan skala rasio.
Darri empat macam skala ukur data di atas, maka jenis skala ukur interval
yang paling sering digunakan untuk mengukur fenomena/gejala sosial. Selanjutnya, para ahli sosial membedakan dua tipe
skala menurut fenomena sosial:
(a). Skala pengukuran untuk mengukur perilaku
sosial dan kepribadian. Contoh yang termasuk tipe ini yaitu: skala sikap, skala
moral, skala partisipasi sosial, test karakter, test IQ dll.
(b). Skala pengukuran untuk mengukur berbagai aspek
budaya dan lingkungan sosial. Sebagai contoh skala ukur untuk mengukur status sosial
ekonomi, lembaga-lembaga sosial, kemasyarakatan, dan kondisi kerumahtanggaan.
Berbagai
skala yang dapat dipakai untuk penelitian sosial dan bisnis di antaranya ialah:
Skala Likert, Skala Guttman, Rating Scale, Semantict Defferensial Scale, Skala
Thurstone.
1. Skala
Likert. Tipe skala ini biasa digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang
fenomena sosial. Dengan skala Likert
maka variabel dijabarkan ke dalam indikator-indikator, kemudian disusun
item-item instrumen yang bisa berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban (isian) setiap item instrumen
memiliki gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Untuk kepentingan analisis kuantitatif, maka
jawaban gradasi kualitatif tersebut
dikonversikan ke dalam skor angka. Contoh:
Informasi Kualitatif
|
Skor
|
Informasi Kualitatif
|
Skor
|
Sangat
setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak
Setuju
Sangat
Tidak Setuju
|
5
4
3
2
1
|
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Hampir
tidak pernah
Tidak
pernah
|
5
4
3
2
1
|
Sangat
positif
Positif
Netral
Negatif
Sangat
negatif
|
5
4
3
2
1
|
Sangat
baik
Baik
Cukup
baik
Kurang
baik
Sangat
tidak baik
|
5
4
3
2
1
|
a). Instrumen skala Likert dalam bentuk Checklist
Perintah: Berilah jawaban
pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi tanda ( √ )
pada kolom yang tersedia.
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
SS
|
S
|
R
|
TS
|
STS
|
1
2
3
|
Prosedur
kerja yang baru akan diterapkan diperusahaan saudara
Produktivitas
kerja pegawai di perusahaan tinggi
……………………
|
|
√
|
√
|
|
|
b). Bentuk
pilihan ganda
Contoh: Pilih satu jawaban dengan memberi tanda silang ( X ) pada a, b, c,
d, atau e saja.
1.
Prosedur kerja baru akan segera diterapkan di lembaga saudara
a. Sangat
setuju
b.
Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak
Setuju
d. Sangat
Tidak Setuju
|
2.
Skala Guttman. Skala pengukuran dengan
tipe jawaban tegas dan dikotomi. Contoh:
1. Bagaimana pendapat anda jika pimpinan kantor
diambilkan dari luar?
a. Setuju
b. Tidak setuju
2. Pernahkah pimpinan melakukan peninjauan di
ruang kerja anda?
a. Pernah
b.
Tidak pernah
3.
Semantic Defferensial. Model instrumen ini dikembangkan
oleh Osgood. Skala ini digunakan untuk
mengukur sikap. Hanya bentuk strukturnya tidak pilihan ganda maupun cheklist,
melainkan tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban cenderung sangat
positip terletak di bagian kanan garis, dan jawaban sangat negatif terletak di
bagian kiri garis, atau sebaliknya.
Contoh:
1. Bersahabat
Tidak bersahabat
2. Tepat janji
Tidak tepat janji
3. Memberi kepercayaan
Mendominasi bawahan
pada
bawahan
4.
Rating Scale.
Contoh
1: Seberapa baik data ruang kerja
yang ada di perusahaan A?
Berilah
jawaban angka:
4 bila tata ruang itu sangat baik
3
bila tata ruang baik
2
bila tata ruang kurang baik
1 bila tata ruang sangat buruk
Jawablah dengan melingkari angka pilihan jawab yang
tersedia sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
No
|
Pertanyaan tentang tata ruang kantor
|
Interval jawaban
|
1
2
3
|
Penataan
meja kerja sehingga arus kerja menjadi pendek
Pencahayaan
alam tiap ruang kerja
Sirkulasi
udara tiap ruangan
|
4
3 2 1
4
3 2 1
4
3 2 1
|
Contoh 2:
Seberapa tinggi pengetahuan anda
terhadap matakuliah berikut sebelum dan sesudah mengikuti pendidikan dan
latihan?
Keterangan pilihan jawab:
0 =
bila sama sekali belum tahu
1 =
telah mengetahui sampai dengan 25%
2 =
telah mengetahui sampai dengan 50%
3 =
telah mengetahui sampai dengan 75%
4 =
telah mengetahui 100%
Rating scale form-nya sebagai berikut
Perintah:
mohon dijawab dengan cara melingkari nomer angka sebelum dan sesudah melakukan
pendidikan dan latihan (diklat).
Pengetahuan sebelum
mengikuti diklat
|
Mata Kuliah
|
Pengetahuan sesudah
mengikuti diklat
|
0
1 2 3
4
|
Komunikasi
|
0
1 2 3
4
|
0
1 2 3
4
|
Tata ruang kantor
|
0
1 2 3
4
|
0
1 2 3
4
|
Teori pengambilan keputusan
|
0
1 2 3
4
|
0
1 2 3
4
|
Sistem pembuatan laporan
|
0
1 2 3
4
|
0
1 2 3
4
|
Pemasaran
|
0
1 2
3 4
|
0
1 2 3
4
|
Akuntansi
|
0
1 2 3
4
|
0
1 2 3
4
|
Statistik
|
0
1 2 3
4
|
Selain beberapa instrumen di atas, masih ada
instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur atau mendapatkan data
nominal dan ordinal.
Contoh 1: instrumen
untuk menjaring data nominal
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
nominal
|
1
2
3
4
|
Berapa
banyak pegawai di perusahaan saudara
Berapa
banyak pegawai yang telah bergelar sarjana
Berapa
banyak sarana komputer yang telah dimiliki
Berapa
banyak judul buku di perpustakaan kantor
|
………… orang
………… orang
………
komputer
………….. judul
|
Contoh 2: instrumen untuk menjaring data ordinal
Perintah: Berilah ranking nilai pada kelima barang
berikut menurut intensitas kelarisan penjualannya di pasaran.
Nama Barang
|
Ranking nomer
|
A
|
…………..
|
B
|
…………..
|
C
|
…………..
|
D
|
…………..
|
E
|
…………..
|
SKALA PENGUKURAN
DAN INSTRUMEN PENELITIAN (lanjutan)
Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah
melakukan pengukuran, maka harus mempunyai alat ukur yang baik. Selanjutnya,
alat ukur dalam penelitian biasa disebut instrumen penelitian. Jadi
instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel
penelitian.
Alat
ukur atau instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dalam ilmu alam
sudah banyak tersedia dan telah teruji validitas dan realibilitasnya. Namun dalam penelitian ilmu sosial masih
terbatas instrumen yang tersedia dan telah teruji validitas dan
realibilitasnya, seperti instrumen untuk mengukur motif berprestasi, n-ach
untuk mengukur sikap, mengukur IQ, mengukur bakat dan lain-lain.
Meskipun
instrumen-instrumen tersebut sudah ada, namun instrumen-instrumen dalam bidang
sosial walaupun telah teruji validitas dan realibilitasnya, akan tetapi bila
digunakan pada tempat tertentu belum pasti tepat dan mungkin tidak valid dan
reliabel lagi. Hal ini bisa dimaklumi karena gejala/fenomena sosial itu cepat
berubah dan sulit dicari kesamaannya. Contoh instrumen kepemimpinan, mungkin
valid di Amerika, tetapi tidak valid di Indonesia. Kenapa?
Cara Menyusun Instrumen
Titik tolak dari penyusunan
instrumen adalah variabel-variabel penelitian yang kemudian dioperasionalkan ke
dimensi (sub variabel) dan indikator.
Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan
atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrumen, selanjutnya perlu
digunakan “matrik pengembangan instrumen” atau “kisi-kisi instrumen”.
Contoh, variabel penelitian adalah tingkat
kekayaan. Indikator kekayaan: rumah, kendaraan, tanah, tempat belanja,
makanan yang sering dimakan, jenis olah raga, dan sebagainya. Untuk indikator
rumah, bentuk pertanyaannya, misal: (a). berapa jumlah rumah, (2) dimana letak
rumah, (3) berapa luas masing-masing rumah, (4) bagaimana kualitas bangunan,
dst.
Untuk
bisa menetapkan indikator-indikator dari setiap variabel yang diteliti,
diperluakan wawasan luas dan mendalam tentang variabel yang diteliti, dan
teori-teori yang mendukungnya. Penggunaan teori untuk menyusun instrumen harus
secermat mungkin agar diperoleh indikator yang valid.
TABEL ……
KISI-KISI ATAU MATRIK PENGEMBANGAN INSTRUMEN
PENGETAHUAN kEWIRAUSAHAAN
(Sumber: Eko Raharjo, 1999)
Sub-variabel
|
Indikator
|
No. Item Kuesioner
|
Orientasi
Strategis
|
a. Visi ke depan
b. Berketrampilan konseptual
c. Berketrampilan sosial
d. Manpu memasarkan dengan baik
|
1 s/d 12
|
Komitmen
terhadap peluang
|
a. Kreatif
b. Inovatif
c. Intuitif
d. Berani mengambil risiko
e. Percaya diri
f. Belajar dari kesalahan
g. Memahami lingkungan
|
13 s/d 26
|
Komitmen
dan kontrol terhadap sumberdaya
|
a. Disiplin tinggi
b. Bertanggungjawab
c. Berketerampilan teknik
d. Suka bekerja keras
e. Pandai meyakinkan orang
f. Berlatar belakang keluarga wirausaha
|
27 s/d 38
|
Konsep
manajemen
|
a. Berketerampilan manajerial
b. Suka mendelegasikan wewenang
c. Tidak suka bekerja secara sistem
|
30 s/d 50
|
Kebijakan
balas jasa
|
a. Motif yang kuat untuk mencapai tujuan
b. Pelayanan memuasakan pada semua pihak
|
51 s/d 60
|
Jumlah
item
|
|
60
|
Contoh
Judul penelitian dan Instrumen yang dikembangkan:
“ Gaya dan Situasi Kepemimpinan
Serta Pengaruhnya Terhadap Iklim Kerja Organisasi”
Dari judul di atas terdiri atas dua variabel
indipenden dan satu variabel dependen. Adapun masing-masing instrumennya adalah:
1. Instrumen untuk mengukur variabel gaya kepemimpinan
2. Instrumen untuk mengukur variabel situasi kepemimpinan
3. Instrumen untuk mengukur variabel iklim kerja
organisasi.
Agar
variabel-variabel di atas lebih operasional maka dijabarkan ke dalam
indikator-indikator sebagai berikut:
TABEL …..
KISI-KISI INSTRUMEN YANG DIPERLUKAN UNTUK MENGUKUR
GAYA KEPEMIMPINAN, SITUASI KEPEMIMPINAN,
DAN IKLIM KERJA ORGANISASI
Variabel Penelitian
|
Indikator
|
No. Item Instrumen
|
Keterangan
|
Gaya Kepemimpinan
|
a. Kepemimpinan direktif
b. Kepemimpinan supportif
c. Kepemimpinan partisipatif
|
1, 4, 7, 10, 13, 16
2, 5, 8, 11, 14, 17
3, 6, 9, 12, 15, 18
|
|
Situasi Kepemimpinan
|
a. Hubungan pemimpin dengan bawahan
b. Tugas-tugas
c. Power position
|
1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8, 9, 10, 11, 12
13, 14, 15, 16, 17, 18
|
|
Iklim Kerja Organisasi
|
a. Otonomi dan flesibilitas
b. Menaruh kepercayaan dan terbuka
c. Simpatik dan memberi dukungan
d. Jujur dan menghargai
e. Kejelasan tujuan
f. Pekerjaan yang berisiko
g. Pertumbuhan kepribadian
|
1, 2
3, 4
5, 6
7, 8
9, 10
11, 12
13, 14
|
|
SKALA PENGUKURAN
DAN INSTRUMEN PENELITIAN (lanjutan)
Bentuk-bentuk instrumen mana yang
akan dipilih tergantung pada beberapa
faktor, diantaranya ialah teknik pengumpulan data yang akan dipakai. Misal, bila menggunakan angket maka bentuk
pilihan ganda lebih komunikatif, tetapi
boros kertas, dan instrumen menjadi lebih tebal sehingga responden cenderung
malas menjawabnya. Bentuk cheklist dan rating scale bisa dipakai untuk pedoman observasi (observation
guidance).
Kapan masing-masing macam metode
pengumpulan data digunakan?
1.
Angket : digunakan bila responden jumlahnya besar,
domisili menyebar luas, bisa
membaca dengan baik, dan dapat
mengungkapkan hal yang sifatnya rahasia.
2.
Observasi : dipakai bila obyek penelitian bersifat
perilaku manusia, proses kerja, gejala alam, responden kecil.
3.
Wawancara : digunakan
bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam,
jumlah responden sedikit, serta sebaran domisili tidak luas.
4.
Gabungan ketiga macam teknik pengumpulan data, bila ingin memperoleh
data yang lengkap, akurat dan konsisten.
Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Perlu dibedakan antara hasil
penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumen penelitian
yang valid dan reliabel. Hasil penelitian yang valid jika
terdapat kesamaan data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya. Jika dalam obyek berwarna merah, sementara
data yang terkumpul berwarna putih, maka hasil penelitian tidak valid.
Selanjutnya hasil penelitian yang reliabel bila terdapat kesamaan data dalam
waktu yang berbeda. Kalau dalam obyek
kemarin warna merah, maka untuk sekarang dan besok pun tetap warna merah.
Instrumen
yang valid berarti alat ukur yang dipakai untuk mendapatkan data (mengukur)
itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Meteran selalu digunakan untuk mengukur
panjang, bukan untuk mengukur berat. Instrumen yang reliabel ialah
instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan
menghasilkan data yang sama. Alat ukur panjang dari karet adalah contoh
instrumen yang tidak reliabel atau tidak konsisten. Selanjutnya, dengan menggunakan instrumen
(alat) yang valid dan reliabel untuk penelitian maka diharapkan akan diperoleh
data hasil pengukuran dalam penelitian yang valid dan reliabel.
Ada dua macam instrumen untuk mengukur fenomena sosial
atau perilaku, yaitu: instrumen berbentuk test untuk mengukur prestasi belajar,
dan berbentuk non test untuk mengukur sikap. Yang berupa test jawabannya ialah
“salah atau benar”, sedang yang non test (instrumen sikap) jawabannya adalah
“positip atau negatip”.
Instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal
dan eksternal. Instrumen
mempunyai validitas internal (validitas rasional) bila kriteria yang ada
dalam instrumen secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur. Instrumen mempunyai validitas eksternal bila
kriteria di dalam instrumen disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang ada. Misal
akan mengukur kinerja sekelompok pegawai, maka tolok ukur (kriteria) yang
dipakai didasarkan pada tolok ukur yang yang telah diterapkan di kepegawaian
itu. Sedangkan untuk validitas internal
dikembangkan dari teori-teori tentang kinerja.
Validitas
internal instrumen yang berupa test
harus memenuhi construct validity dan content validity. Construct validity atau logical validity
atau validity by definition ialah jika instrumen tersebut bisa digunakan untuk
mengukurb gejala sesuai yang didefinisikan.
Misal, ingin mengukur produktivitas kerja maka harus didefinisikan
apa itu produktivitas kerja.
Sedang validitas isi (content validity) ialah instrumen yang
berbentuk test yang sering digunakan untuk mengukur prestasi belajar (achivement)
dan mengukur efektivitas pelaksanaan program dan tujuannya. Untuk mengukur
instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi (content validity) maka
instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan.
Pengujian
Validitas Instrumen
1.
Pengujian Validitas Konstruksi (Construct Validity). Uji validitas konstruksi bisa digunakan
pendapat dari ahli (judgment experts), yaitu dengan cara
konsultasi. Sesudah itu uji coba
instrumen nyata pada sampel dari suatu populasi yang akan diteliti. Dari hasil
tabulasi data, selanjutnya dilakukan analisis faktor yaitu mengkorelasikan antar skor item
instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total.
Contoh untuk mengukur variabel prestasi
kerja.
Variabel
|
Indikator
(faktor)
|
Nomer
Item Kuesioner (Instrumen)
|
Prestasi
kerja
|
a. Kualitas hasil kerja
b. Kecepatan kerja
|
1, 2, 3
4, 5,
6, 7
|
Tiap item pertanyaan/pernyataan
diberikan empat opsi jawab: skor 4
sangat tinggi, 3 tinggi, 2 rendah, 1 sangat rendah. Hasil
scoring pada lima pegawai sebagai responden sebagai berikut:
No
Res
|
Skor faktor
kualitas hasil kerja (X1)
|
Juml
(X1)
|
Skor faktor kecepatan kerja (X2)
|
Juml
(X2)
|
Total
(Y)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
1
2
3
4
5
|
3
4
1
3
2
|
4
3
2
3
2
|
3
2
1
3
4
|
10
9
4
9
8
|
3
4
3
4
3
|
3
3
2
4
1
|
2
4
1
3
2
|
4
4
2
3
1
|
12
15
8
14
7
|
22
24
12
23
15
|
Dengan
menggunakan rumus korelasi Karl Pearson atau Product Moment diperoleh:
Menurut Prof. Masrun, jika nilai (koefisien)
korelasi item faktor lebih besar 0,3 maka faktor tersebut dinyatakan valid.
Dalam contoh di atas kualitas hasil kerja (X1) dan kecepatan kerja
(X2) merupakan faktor konstruk variabel prestasi kerja (Y), maka
dapat disimpulkan bahwa keduanya merupakan konstruksi (construct) yang valid
untuk variabel prestasi kerja pegawai.
Selanjutnya, apakah
item-item atau setiap butir dalam
instrumen itu valid atau tidak, dapat diketahui dari mengkorelasikan skor item
kuesioner dengan skor total (Y). Dari hasil perhitungan contoh di atas
bahwa koefisien korelasi masing-masing
butir instrumen dengan skor total ditunjukkan dalam tabel berikut:
No. Butir
|
r hitung
|
r kritis
|
Kesimpulan
|
r1Y
|
0,95
|
0,3
|
valid
|
r2Y
|
0,79
|
0,3
|
valid
|
r3Y
|
0,22
|
0,3
|
tidak valid
|
r4Y
|
0,73
|
0,3
|
valid
|
r5Y
|
0,79
|
0,3
|
valid
|
r6Y
|
0,84
|
0,3
|
valid
|
r7Y
|
0,83
|
0,3
|
valid
|
Dari
tabel di atas menunjukkan bahwa enam butir instrumen disimpulkan valid dan
hanya satu item instrumen, yaitu no 3 untuk faktor satu (kualitas hasil kerja) tidak
valid.
Pengujian validitas seluruh butir instrumen dalam satu
variabel dapat juga dilakukan dengan mencari daya pembeda skor tiap item dari
kelompok yang memberikan jawaban tinggi dan kelompok jawaban rendah. Biasanya
jumlah item kelompok tertinggi 27% dan jumlah item kelompok terendah 27%. Contoh
kasus, data dalam tabel berikut:
Tabel …..
KELOMPOK SKOR TINGGI DAN RENDAH PADA
INSTRUMEN UNTUK MENGUKUR KINERJA
PERBANKAN NASIONAL
Skor-skor item kelompok tinggi
|
Skor-skor item kelompok rendah
|
126
|
81
|
128
|
96
|
135
|
104
|
135
|
107
|
135
|
108
|
140
|
108
|
142
|
109
|
|
|
Uji signifikansi daya pembeda digunakan rumus t-test
sbb:
Sgab = 8,4
Thitung
= 7,37
Untuk mengetahui apakah perbedaan
rata-rata signifikan atau tidak, harga t hitung diperbandingkan dengan nilai t
tabel pada derajad kebebasan (dk) = (n1 + n2) – 2. Dari
contoh di atas diperoleh nilai t tabel = 1,78 yaitu lebih kecil dari nilai t
hitung (= 7,37). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan
signifikan antara kelompok item skor tinggi dengan kelompok item skor rendah,
sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen valid.
SKALA PENGUKURAN
DAN INSTRUMEN PENELITIAN (lanjutan)
Pengujian
Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas instrumen bisa dilakukan secara
(1) eksternal yaitu: test-retest, ekuivalen, gabungan; dan (2) internal yaitu
menganalisis konsistensi butir-butir (item-item) pada instrumen.
(a). Test-retest (stability),
yaitu mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Jadi dalam hal ini instrumen
sama, responden sama, dan waktunya saja yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien
korelasinya antara hasil test pertama dengan hasil test kedua atau ketiga dst.
(b).
Ekuivalen, adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda tetapi
maksudnya sama. Contoh:
-Berapa
tahun pengalaman kerja anda di perusahaan ini? Ekuivalen isi dengan:
-Tahun
berapa anda mulai bekerja di perusahaan ini?
(c). Gabungan,
yaitumengetahui reliabilitas dengan cara mencobakan dua instrumen ekuivalen itu
beberapa kali ke responden yang sama.
Uji ke I
|
|
|
|
|
Skor Data Instrumen Pertama
|
|
|
Skor Data Instrumen Kedua
|
|
r1
r5 r6
r3 r4
Uji ke II
|
|
|
|
|
Skor Data Instrumen Pertama
|
|
|
Skor Data Instrumen Kedua
|
|
r2
Pengujian dua kali dalam waktu yang berbeda,
didapat enam koefisien korelasi reliabilitas. Bila keenam korelasi tersebut
semuanya positip signifikan, maka dapat dinyatakan bahwa instrumen reliabel.
(d). Internal Consistency. Uji internal consistency dilakukan dengan cara mencobakan
instrumen sekali saja, kemudian data dianalisis dengan teknik tertentu, di
antaranya:
1. Rumus Sperman Brown
di mana: ri
= reliabilitas internal seluruh
instrumen
rb = korelasi product moment antara belahan pertama data dan
kedua data
2. Rumus KR-20 (Kuder Richardson)
di mana:
k =
jumlah item dalam instrumen
pi
= proporsi banyakanya subyek yang
menjawab
pada item i
qi
= 1- pi
si2 = varians total
3.
Rumus KR-21
di mana:
k =
jumlah item dalam instrumen
M = mean skor total
Si2 =
varians total
4.
Analisis Varians Hoyt (Anova Hoyt)
di mana:
MKe = mean kuadrat antara subyek
MKs = mean kuadrat kesalahan
Ri =
reliabilitas instrument
TEKNIK PENGUMPULAN
DATA
Sekurang-kurangnya ada dua hal yang mempengaruhi
kualitas data diperoleh: (1) kualitas instrumen penelitian (lihat hasil uji
validitas dan reliabilitas), dan (2) kualitas pengumpulan data (dilihat dari
berbagai setting, berbagai sumber,
dan berbagai cara).
Metode Wawancara (Interview)
Teknik ini biasa digunakan
peneliti untuk melakukan studi pendahuluan (preliminarry investigation)
untuk tujuan menemukan permasalahan yang harus diteliti.
a. Wawancara terstruktur. Peneliti telah menyiapkan
instrumen untuk wawancara, bisa berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis.
b. Wawancara tidak terstruktur. Peneliti atau pewancara
tidak harus memiliki pedoman tertulis dan bebas dalam melakukan wawancara.
Kuesioner (Angket)
Berupa seperangkat pertanyaan
atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Prinsip-prinsip
dalam penulisan angket: prinsip penulisan, pengukuran, dan penampilan fisik.
1.
Prinsip penulisan angket.
a) Isi dan tujuan
Pertanyaan, adalah berhubungan dengan apakah isi pertanyaan tersebut merupakan
bentuk pengukuran atau bukan? Kalau berbentuk
pengukuran maka dalam membuat pertanyaan harus teliti. Setiap pertanyaan harus
jelas skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel
yang diteliti.
b) Bahasa yang yang digunakan disesuaikan dengan
kapasitas kemampuan responden.
c) Tipe dan bentuk pertanyaan. Tipe pertanyaan dalam
angket bisa terbuka atau tertutup.
d) Pertanyaan tidak mendua. Contoh: Bagaimana pendapat
saudara tentang kualitas dan harga barang tersebut?
e) Tidak menanyakan yang sudah lupa. Contoh: bagaimanakah kinerja para penguasa
Indonesia 40 tahun lalu?
f) Pertanyaan tidak menggiring. Contoh: bagaimanakah jika
gaji saudara dinaikkan di atas 50 persen?
g) Panjang Pertanyaan. Kalimat pertanyaan pendek-pendek,
tapi baik dan jelas. Tiap variabel disarankan kisaran 20 s/d 30 pertanyaan.
h) Urutan pertanyaan.
Dimulai dari yang umum (mudah dan sederhana) menuju ke yang khusus
(spesifik).
2. Prinsip Pengukuran.
Angket harus
valid dan reliabel, sehingga efektif atau kena sasaran data dari variabel yang
diukur.
3. Penampilan Fisik Angket.
Penampilan
fisik angket akan mempengaruhi keseriusan responden. Karena itu angket dicetak
dikertas yang baik, dibuat ringkas jumlah halaman, menarik untuk dibaca
(tulisan standar dan indah).
Observasi
Jika angket atau kuesioner
komunikasi ditujukan terbatas pada responden manusia, maka observasi dilakukan
tidak terbatas pada orang, tetapi bisa obyek berupa barang, binatang, ataupun
tumbuhan. Observasi dibedakan menjadi:
a) Observasi berperanserta (Participant observation), yaitu
peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau
yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
b) Observasi Nonpatisipan, yaitu peneliti tidak terlibat
dan hanya sebagai pengamat independen.
c) Observasi terstruktur, yaitu
observasi yang dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati dan
dimana tempatnya. Instrumen untuk observasi sudah dirancang secara sistematis.
Contoh: peneliti akan melakukan pengukuran terhadap kinerja karyawan bidang
pemasaran pelalui pengamatan, maka peneliti dapat menilai setiap perilaku
dengan menggunakan acuan instrumen yang digunakan untuk mengukur kinerja
karyawan tersebut.
d) Observasi Tidak
Terstruktur, yaitu observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang
apa yang akan diobservasi.
TEKNIK ANALISIS DATA
TABEL …
PENGGUNAAN
STATISTIK PARAMETRIK DAN NONPARAMETRIK
UNTUK MENGUJI
VARIABEL
MACAM DATA
|
BENTUK HIPOTESIS
|
Deskriptif (satu variabel atau satu sampel)**
|
Komparatif (dua sampel)
|
Komparatif (lebih dari dua sampael)
|
Asosiatif (hubungan)
|
Related
|
Independen
|
Related
|
Independen
|
Nominal
|
Binomial
χ2 satu sampel
|
Mc Nemar
|
Fisher Exact Probability
χ2 dua sampel
|
Cochran- Q
|
χ2 untuk k sampel
|
Contingency Coefficient
|
Ordinal
|
Run Test
|
Sign Test
Wilcoxon matched pairs
|
Median Test
Mann-Whitny U Test
Kolmogorow Smirnov
Wald-Woldfowitz
|
Friedman Two-Way Anova
|
Median Extension
Kruskal-Wallis One Way Anova
|
Spearman Rank Correlation
Kendall Tau
|
Interval
atau Rasio
|
t-test*
|
t-test of related
|
t-test Independent
|
One-Way Anova*
Two-way Anova*
|
One-Way Anova*
Two-way Anova*
|
Product Moment Correlation*
Korelasi parsial*
Korelasi ganda*
Regresi sederhana*
Regresi ganda*
|
* Statistik Parametrik
** Deskriptif untuk parametrik artinya
satu variabel, dan nonparametrik artinya satu sampel.
PENULISAN HASIL
PENELITIAN
Laporan
penelitian yang lengkap tidak hanya menyajikan hasil penelitian, tetapi juga
proses penelitian itu sebagai keseluruhan. Dengan demikian , para pembaca
dapat menempatkannya ke dalam konteks ilmiah secara umum dan menilai apakah
metode, data dan kesimpulan memadai.
Tidak semua pembaca menelaah laporan penelitian
itu dari halaman pertama sampai halaman terakhir. Pembagiannya yang baik atas
bab-bab dan bagian bab, akan menolong pembaca memilih apa yang ingin
dibacanya. Adapun pembagian isi laporan penelitian itu secara
berurutan, sekurang-kurangnya adalah sebagai berikut:
1. Judul laporan penelitian. Judul penelitian sebaiknya jelas, ringkas dan
menggambarkan isi.
2. Kata pengantar.
Kata pengantar biasanya pendek, sekitar satu halaman. Di situ dikemukakan tujuan
penelitian, masalah yang dihadapi, siapa yang mensponsornya dan ucapan terima
kasih kepada yang memberikan berbagai bantuan untuk suksesnya penelitian.
3. Daftar isi. Daftar
isi menunjukkan bagian-bagian dari laporan penelitian dan di situ bisa dilihat
hubungan antara satu bagian dengan lainnya. Untuk tabel, diagram, peta dan
gambar (kalau ada) masing-masing dibuat daftar isi sendiri.
4. Pendahuluan.
Dalam bagian ini pembaca diantarkan kepada perumusan masalah, ruang lingkup,
tujuan, kegunaan teoritis dan praktis dari laporan penelitian dan metodologi.
5. Tubuh laporan. Bab-babnya merupakan
bagian yang pokok dari laporan tersebut. Melalui berbagai teknik analisa yang
digunakan, terurai apa yang ditemukan dalam penelitian. Tiap bab membahas satu
masalah pokok dan bab-bab itu merupakan rangkaian yang ketat hubungannya dengan
tema pokok.
6. Kesimpulan.
Di sini dikemukakan implikasi dari penelitian tersebut dan ada kalanya
disarankan pula penelitian lanjutan. Sifatnya berbeda dengan ikhtisar yang
fungsinya agar pembaca dapat mengetahui dengan cepat hasil penelitian itu
sebagai keseluruhan.
7. Lampiran.
Berisi bahan yang kurang praktis atau mengganggu penyajian bila dimasukkan
teks.
8. Kepustakaan. Berisi daftar rujukan
pustaka yang dipakai untuk melengkapi dan menjelaskan isi penelitian. Di sini kelihatan, apakah peneliti up to date dalam
kepustakaan yang digunakan dan apakah dia
cukup efisien.
Contoh
Sederhana Kerangka Sistem Isi Laporan
Penelitian (Skripsi/Tesis)
HALAMAN JUDUL
……………………………………………………………………
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………………...
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………...
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………………….
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………………….
BAB
I :
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
1.2.
Identifikasi Masalah
1.3.
Batasan / Rumusan Masalah
1.4.
Tujuan Penelitian
1.5.
Kegunaan Penelitian
BAB II :
LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
2.1.
Landasan Teori
2.1.1.
…………………………………………………………………….
2.1.2.
…………………………………………………………………....
2.1.3.
……………………………………………………………………
2.2.
Kerangka Pikir
2.3.
Hipotesis
BAB III :
METODE PENELITIAN
3.1.
Obyek dan Tempat Penelitian
3.2.
Metode Penelitian yang Digunakan
3.3.
Variabel dan Operasionalisasinya
3.3.1.
Definisi Variabel
3.3.2.
Operasionalisasi variabel
3.4.
Populasi dan Sampel
3.5.
Teknik Pengambilan Sampel (Metode Sampling)
3.6.
Metode Pengumpulan Data
3.6.1.
Instrumen Penelitian
3.6.2.
Uji Validitas Instrumen
3.6.3.
Uji Reliabilitas Instrumen
3.7.
Rancangan Uji Hipotesis
3.7.1.
Formulasi Hipotesis Statistik
3.7.2.
Model Statistik yang Digunakan
3.7.3.
Rancangan Uji Signifikansi
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Penelitian
4.1.1.
Gambaran Umum Perusahaan
4.1.2.
Deskripsi Variabel / Obyek Penelitian
4.1.3.
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Penelitian
4.1.4.
Hasil Uji Hipotesis
4.2.
Pembahasan
4.2.1.
………………………………………………………..
4.2.2.
………………………………………………………..
4.2.3.
.……………………………………………………….
BAB V :
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
5.2.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
……………………………………………………….
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….
Kerangka Karangan
Sebagai langkah pertama dalam menulis sebuah
karangan/laporan, buatlah kerangka karangan. Sesuadah melalui suatu proses
pemikiran, rangka karangan tersebut bisa berubah menurut kebutuhan. Yang
penting, ada hubungan yang logis antara bab yang satu dengan lainnya, antara
bagian satu dengan lainnya, sehingga keseluruhanya merupakan suatu kesatuan
yang utuh.
Untuk menyusun rangka karangan ke dalam bab,
bagian dari bab dan seterusnya, terdapat dua sistem, yaitu: (1). Sistem campuran huruf dan angka; (2). Sistem angka
dengan tambahan huruf.
Sistem Campuran Huruf dan Angka
I. Angka Romawi besar (untuk bab)
A. Huruf Romawi besar (untuk bagian bab)
1. Angka Arab besar
a.
Huruf Romawi kecil
i. Angka Romawi kecil
(a)
Huruf Romawi kecil berkurung
(1) Angka Arab berkurung
Sistem Angka dengan Tambahan Huruf
I. (untuk
bab)
1.1.
1.1.1.
1.1.1. (a)
1.1.1 (a) i
1.2.
1.2.1.
1.2.1.
(a)
1.2.1.
(b)
1.2.2.
1.2.2.
(a)
1.2.2.
(a) i
1.2.2.
(a) ii
1.2.2.
(b)
1.2.2.
(b) i
1.2.2.
(b) ii
1.3.
1.3.1.
Cara Menulis Kutipan
Kutipan kalimat terdiri maksimal tiga baris boleh
dimasukkan dalam kalimat bagian alinea dengan spasi baris normal. Tetapi, di
depan atau di belakang kutipan kalimat harus tetap menyebutkan sumber pustaka
dari mana kutipan diambil.
Contoh:
(a). Menurut Suryonoto (2005 : 123) menyebutkan bahwa
…………………
(b). Terdapat pengaruh positip …..………………….
(Suryonoto, 2006 : 32).
Jika kutipan lebih dari tiga baris, maka harus
ditulis masuk, kurang lebih 5 karakter (satu tab), dari margin kiri dengan
spasi baris satu (single).
Contoh:
(a). Kaitan
antara …………………………………………………………………
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
…………………..…………………………… (Suryonoto, 2007 : 102-103).
(b). …… menjelaskan hubungan antara X dan Y, yaitu
(Agus, 2005 : 45-50):
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………..............
………………………………………………………………………………..
Cara Menuliskan Daftar Pustaka
(1).
Buku literatur:
Cooper, Donald R., and Pamela S. Schindler.
(2003). Business Research Methods. New York: McGraw-Hill Companies,
Inc., 7th edition.
Jogiyanto H.M. (2005). Metodologi
Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta: BPFE
Fakultas Ekonomi UGM.
(2).
Artikel dalam Kumpulan Karangan:
Prescott, John A. (2002). “Hongkong the
Form and Significance of A High-density
Urban Development”. Dwyer, D.J., ed., Asian
Urbanization: A Hongkong Casebook. Hongkong: Hong Kong University
Press, p. 10-25.
Ancok, Djamaludin. (1989). “Validitas dan
Reliabilitas Instrumen Penelitian”.
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, ed., Metode Penelitian Survai.
Jakarta: LP3ES, halaman 122-146.
(3).
Artikel dalam Journal:
Collins, D.W. and S.P. Kothari. (2001).
“An Analysis of Intertemporal and Cross-sectional
Determinants of Earnings Response Coefficients”. Journal of Accounting and
Economics, Vol. 11, p. 143-181.
Gunung, Iskandar. (2006). “Beberapa Segi
dari Persoalan Transmigrasi”. Koperasi Mandiri, 3 (9/10) : 15-36.
(4).
Artikel dalam Koran:
(2001). “Akhir Abad ke-20 Penduduk Pulau
Jawa Menghadapi Masalah Serius”. Kompas, 26 Nopember.
Soekanto, Soeryono. (1980). “Tinjauan
Sosiologi Hukum Terhadap Korupsi dan nepotisme”. Sinar Harapan, 2
Nopember.
DAFTAR PUSTAKA
Black, James A. and Dean J. Champion.
(1999). Metode dan Masalah Penelitian
Sosial. Penerjemah: E. Koswara dkk. Bandung: Refika Aditama, Edisi 1.
Cooper, Donald R., and Pamela S.
Schindler. (2003). Business Research Methods. New York: McGraw-Hill
Companies, Inc., 7th edition.
Cooper, Donald R. and C. William Emory.
(1995). Business Research Methods.
Richard D. Irwin, Inc., 5th edition.
Hanke, John
E. and Arthurb G. Reitsch. (1994). Understanding Business Statistics.
Richard D. Irwin, Inc., 2nd
Edition.
Sekaran,
Uma, (2003). Research Methods for Business. New York: John Wiley &
Sons, Inc., 4th edition.
Sugiyono. (2003). Metode Penelitian Bisnis. Bandung:
CV Alfabeta, edisi 2.