Rabu, 05 April 2017

METODE PENELITIAN BISNIS



METODE PENELITIAN BISNIS         
 
A.         Konsep Dasar Penelitian

Definisi riset (penelitian) menurut Uma Sekaran (2003): Suatu investigasi atau penyelidikan yang terorganisasi (terkelola), sistematis, berbasis data, kritikal terhadap  suatu masalah dengan tujuan menemukan jawaban atau solusinya.

Metodologi penelitian, menurut Sugiyono (1999): merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.  Cara atau metode ilmiah  berarti kegiatan penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu: rasional, empiris, dan sistematis. 

Data penelitian yang diperoleh adalah data empiris (teramati), dan mempunyai kriteria valid.  Untuk mendapatkan data yang valid tidak mudah, oleh karena itu  perlu dilakukan derajad reliabilitas (derajad konsistensi/kejegan) dan obyektivitas (berkenaan dengan interpersonal agreement) data penelitian yang terkumpul.

Tujuan dan kegunaan tertentu.  Secara umum ada tiga macam tujuan penelitian yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian, dan pengembangan.  Kegunaan (manfaat) hasil penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.

Dua pola pendekatan rasional (proses argumen) untuk menemukan jawaban masalah penelitian (hipotesis) yaitu proses deduksi dan proses induksi.   Deduksi adalah proses dimana kita menarik suatu kesimpulan didasarkan melalui generalisasi logis dari sebuah fakta yang diketahui. Induksi adalah merupakan proses pengambilan kesimpulan berdasarkan hasil  pengamatan fenomena tertentu. Atau dengan kata lain, dalam induksi, yaitu secara logis membuat sebuah proposisi umum berdasarkan fakta yang dialami (Uma Sekaran, 2003).

B.  Jenis-Jenis Penelitian

Cooper and Schindler (2001) menyebutkan ada empat macam kegiatan riset (penelitian):
a.     Pelaporan (reporting), yaitu penelitian dilakukan untuk menyediakan data atau informasi yang diperlukan untuk evaluasi dan keputusan tertentu.
b.     Penggambaran (descriptive), yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau mendefinisikan siapa yang terlibat di dalam suatu kegiatan, apa yang dilakukannya, kapan dikerjakan, di mana dan bagaimana melakukannya.
c.      Penjelasan (explanatory), yaitu penelitian yang mencoba menjelaskan fenomena yang ada.
d.     Prediksi (predictive), yaitu penelitian yang mencoba menjelaskan apa yang akan terjadi dari suatu fenomena.

Pada sisi lain,  pembagian jenis-jenis penelitian secara lengkap atau rinci menurut tujuan, metode, tingkat eksplanasi dan data dapat diklasifikasi seperti berikut:

JENIS-JENIS PENELITIAN MENURUT TUJUAN, METODE,
TINGKAT EKSPLANASI DAN DATA
Tujuan
Metode
Tingkat Eksplanasi
Analisis dan Jenis Data



A.   Murni
B.   Terapan

1.   Survai
2.   Ex Post Facto
3.   Eksperimen
4.   Naturalistik
5.   Policy  Research
6.   Action Research
7.   Evaluasi
8.   Sejarah




a.           Deskriptif
b.          Komparatif
c.           Asosiatif



1.     Kuantitatif
2.     Kualitatif
3.     Gabungan


C.     Macam-Macam Data Penelitian

Pada skema berikut menunjukkan klasifikasi macam-macam data penelitian:




 













D.   Proses Penelitian

Penelitian kuantitatif (sciencetific research) didasarkan pada paradigma positivisme yang berstruktur logico-hypotheco-verificative yang berlandaskan pada asumsi mengenai obyek empiris (Yuyun Suriasumantri, 1978). Asumsi ilmu yang pertama bahwa obyek/fenomena dapat diklasifikasikan menurut sifat, jenis, struktur, bentuk, warna, dan sebagainya.  Asumsi ilmu yang kedua adalah determinisme (hubungan sebab akibat). Pada asumsi ini menyatakan bahwa setiap gejala ada yang menyebabkan.  Asumsi ilmu yang ketiga adalah bahwa suatu gejala tidak akan mengalaimi perubahan dalam waktu tertentu. Jika gejala yang diteliti itu berubah terus maka akan sulit dipelajari.

Berdasarkan ketiga asumsi tersebut dan berlandaskan pada metode ilmiah yang bersifat logico-hypotheco-verificative, maka proses penelitian kuantitatif akan bersifat linear.  Adapun skema proses penelitian kuantitatif ditunjukkan pada Gambar 1 (lihat pada bagan gambar yang telah dibagikan pada kuliah minggu pertama).

E.   Definisi dan Ruang Lingkup Penelitian Bisnis

Pengertian bisnis:
a)           Hughes and Kapoor:  bisnis adalah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan  keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
b)          Brown and Petrello (1976) : bisnis adalah suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat.
c)           Buchari Alma (1998) : bisnis ialah sejumlah total usaha yang meliputi bidang pertanian, produksi, konstruksi, distribusi, transportasi, komunikasi, perhotelan, usaha jasa, dan pemerintahan yang bergerak dalam bidang yang membuat dan memasarkan barang dan jasa ke konsumen.

 Pengertian penelitian bisnis:
Uma Sekaran (2003):  usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah spesifik yang dihadapi dalam konteks dunia kerja, yang membutuhkan solusi.

Ruang Lingkup Penelitian Bisnis:
Uma Sekaran (2003) mengemukakan bahwa ruang lingkup penelitian bisnis meliputi: accounting, finance, management and marketing.  Accounting: budget control system, practice and procedure. Finance : operational of financial institution, optimum financial ratios, mergers and acquisition, leveraged buyouts, and intercorporate financing. Management:  employee attitudes and behaviors, human resources management, production operations management, strategy formulation, information system.  Marketing:  product image, advertising, sales promotion, distribution, packaging, pricing, aftersale services, consumer preferences, new product development. 


Masalah, Variabel dan Paradigma Penelitian

A.  Masalah

Masalah dan Cara Pemecahannya

Setiap penelitian ilmiah yang akan dilakukan selalu berangkat dari masalah, baik itu penelitian murni maupun terapan (Emory, 1985). Memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian (Tuckman, 1988). Bila dalam penelitian telah dapat menemukan masalah yang sesungguhnya (benar-benar masalah) maka pekerjaan penelitian dapat dinyatakan 50% telah selesai */(Sugiono, 1999).

HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN MEMILIH MASALAH
DAN CARA PEMECAHANNYA
Ketepatan Masalah
Ketepatan Cara Pemecahan
1.        Masalah benar
2.        Masalah benar
3.        Masalah salah
4.        Masalah salah
Cara pemecahan benar
Cara pemecahan salah
Cara pemecahan benar
Cara pemecahan salah


Sumber Masalah

a.     Terdapat penyimpangan antara yang direncanakan dengan kenyataan
b.     Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan
c.      Ada pengaduan
d.     Ada kompetisi

Rumusan Masalah Penelitian Yang Baik

Menurut Frankel dan Wallen (1990), rumusan masalah penelitian yang baik  sekurang-kurangnya mempunyai karakteristik:
1.     Masalah harus feasible
2.     Masalah harus jelas
3.     Masalah harus signifikan
4.     Masalah harus bersifat etis
5.     Obtainable data.

Rusmusan masalah penelitian yang baik, menurut Tuckman (1988), adalah yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih dan dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya.

Bentuk-Bentuk Permasalahan Penelitian

Bentuk-bentuk masalah penelitian yang dikembangkan dan didasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi:
1.  Permasalahan deskriptif,
     Contoh:  Seberapa tinggi tingkat produktivitas karyawan PT. Mabul-Mabul?
2.  Permasalahan Komparatif,
     Contoh: Adakah perbedaan produktivitas kerja antara pegawai perusahaan swasta dengan BUMN?
3.  Permasalahan asosiatif (mencerminkan hubungan dua variabel atau lebih).
ü   Hubungan simetris, yaitu hubungan dua variabel atau lebih yang kebetulan munculnya bersama.  Contoh: Adakah hubungan antara banyaknya semut di pohon dengan tingkat manisnya buah?
ü   Hubungan kausal, yaitu hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih. Contoh: Seberapa kuat pengaruh insentif terhadap disiplin kerja karyawan?
ü   Hubungan resiprocal (timbal balik), yaitu hubungan saling mempengaruhi. Contoh: a). Hubungan antara motivasi dan prestasi. b). Hubungan kecerdasan dan kekayaan.


B.  Variabel Penelitian

Pengertian

Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lainnya atau satu obyek dengan obyek lainnya (hatch and Farhady, 1981). Tinggi badan, berat badan,  sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja, adalah contoh atribut-atribut dari setiap orang. Berat, ukuran, bentuk, warna, rasa benda adalah contoh atribut-atribut dari suatu obyek.

Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang dipelajari.  Contoh: aspirasi, penghasilan, pendidikan, status sosial, jenis kelamin, golongan gaji, produktivitas kerja dll. Dibagian lain, Kerlinger menyebutkan bahwa variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda (different values).  Selanjutnya, Kidder (1981), menyebutkan bahwa variabel adalah suatu kualitas (qualities) dari seseorang atau obyek dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulannya. 

Macam-Macam Variabel

1.           Variabel Independen, disebut juga variabel bebas, variabel stimulus, prediktor, antecedent.
2.           Veriabel Dependen, disebut juga variabel tak bebas, variabel output, kriteria, konsekuen.
3.           Variabel Moderator, kadang disebut sebagai variabel independen kedua.
4.           Variabel Intervening
5.           Variabel Kontrol.


C.  Paradigma Penelitian

Pola hubungan dua variabel atau lebih disebut paradigma. Atau dengan kata lain bahwa paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian.

Bentuk-bentuk paradigma atau model penelitian kuantitatif/positivisme:

1.  Paradigma Sederhana



 





2.  Paradigma Sederhana Berurutan



 





3.  Paradigma Ganda dengan Variabel Dua Independen



 







 


TEORI DAN HIPOTESIS

A.  Deskripsi Teori

Teori adalah alur logika atau penalaran yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena atau fakta.  Kinney (1986) menyebutkan bahwa penelitian empiris melibatkan teori, hipotesis dan fakta. Teori dan hipotesis merupakan dua hal yang berbeda tetapi berhubungan. Dalam penelitian yang bersifat pengujian (konfirmasi), teori digunakan untuk membangun hipotesis.

Sekurang-kurangnya teori mempunyai tiga fungsi, yaitu: (a) menjelaskan (explanation) yaitu untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup variabel yang akan diteliti, (b) meramalkan (prediction) yaitu untuk dasar pijakan logika dalam merumuskan hipotesis dan instrumen penelitian,  dan (c)  pengendalian (control) dari suatu gejala atau fenomena agar dimiliki tingkat konsistensi tinggi. 

Teori-teori yang dideskripsikan dalam proposal maupun laporan penelitian dapat digunakan sebagai indikator apakah peneliti menguasai teori dan konteks yang diteliti atau tidak. Variabel-variabel penelitian yang tidak dapat dijelaskan dengan baik, yaitu baik dari segi pengertian maupun kedudukan dan hubungan antar variabel yang diteliti, menunjukkan bahwa peneliti tidak menguasai teori dan konteks penelitian (Sugiono, 1999). Selanjutnya, untuk menguasai teori maupun generalisasi-generalisasi, maka peneliti harus rajin membaca.   Membaca adalah kunci dalam menegakkan landasan kokoh bagi langkah-langkah penulisan berikutnya.

Sumber bacaan yang baik harus memenuhi tiga kriteria, yaitu relevansi, kelengkapan, dan kemuthakiran. Secara teknis hasil penelitian yang relevan dengan apa yang akan diteliti dapat dilihat dari: permasalahan yang diteliti, waktu penelitian, tempat penelitian, sampel penelitian, metode penelitian, analisis, dan kesimpulan (Sugiyono, 1999).

B.   Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir sangat penting dikemukakan secara tulis dan jelas menunjukkan arah hubungan dua variabel atau lebih dalam suatu model penelitian.  Kerangka berfikir (kerangka teoritis) merupakan fondasi dimana seluruh proyek penelitian didasarkan. Kerangka teoritis adalah jaringan asosiasi yang disusun, dijelaskan, dan dielaborasi secara logis antar variabel yang dianggap relevan pada situasi masalah dan diidentifikasi melalui proses seperti wawancara, pengamatan, dan survai literatur. Pengalaman dan intuisi juga berperan dalam menyusun kerangka berfikir (kerangka teoritis) (Sekaran, 2006).

Kerangka teoritis yang baik mengidentifikasi dan menamakan variabel-variabel penting dalam situasi yang relevan dengan masalah penelitian. Kerangka teoritis secara logis menjelaskan sangkut paut antar variabel. Hubungan antar variabel bebas, variabel terikat, dan jika tepat, variabel moderator dan antara yang diuraikan (Sekaran, 2006).

Menurut Uma Sekaran, hal-hal mendasar yang harus diperhatikan dalam kerangka teoritis ialah:
1.     Variabel yang dianggap relevan untuk studi harus diidentifikasi dan dinamai dengan jelas dalam pembahasan.
2.     Pembahasan harus menyebutkan mengapa dua atau lebih variabel berkaitan satu sama lain.
3.     Bila sifat dan arah hubungan dapat diteorikan berdasarkan temuan penelitian sebelumnya, maka harus ada indikasi dalam pembahasan mengenai apakah hubungan  akan positip atau negatip.
4.     Harus ada penjelasan yang gamblang mengenai mengapa kita memperkirakan hubungan tersebut berlaku. Argumen bisa ditarik dari temuan penelitian sebelumnya.
5.     Suatu diagram skematis kerangka teoritis harus diberikan agar pembaca dapat melihat dan dengan mudah memahami hubungan yang diteorikan.





 



                                                                                                                         Menjelaskan dan
                                                                                                                         memprediksi

        Digunakan untuk
        membangun teori



 


                                                                 Diuji dengan fakta
                                                         

              Mengkonfirmasi teori atau
              menemukan teori baru


Diagam skema yang menunjukkan hubungan antara teori, fakta, dan hipotesis.
C.  Hipotesis

1.  Definisi Hipotesis

Definisi hipotesis, menurut Uma Sekaran (2006),  ialah sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji.  Hubungan tersebut diperkirakan berdasarkan jaringan asosiasi yang ditetapkan dalam kerangka teoritis (kerangka berpikir) yang dirumuskan untuk studi penelitian.

Kita dapat bedakan pengertian hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Hipotesis penelitian adalah sebagaimana definisi di atas. Selanjutnya hipotesis statistik ada jika penelitian bekerja dengan sampel.  Jika penelitian tidak menggunakan sampel maka tidak ada hipotesis statistik. 




Oval: Populasi Penelitian
 
                                                                 Keadaan populasi
                                                                 tidak diketahui


 



                                                         Reduksi
                                                  
   Generalisasi yang                                                         Data dikumpulkan dari
   bersifat hipotetik                                                          sampel, kesimpulan berlaku
Oval: Sampel                                                                                        untuk populasi



          Gambar yang menunjukkan bahwa penelitian bekerja dengan sampel


2.  Bentuk-bentuk Hipotesis

Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat berkaitan erat dengan rumusan masalah. Adapun bentuk rumusan masalah penelitian ada tiga, yaitu: (a) rumusan masalah deskriptif (variabel mandiri), (b) rumusan masalah komparatif (perbandingan), (c) rumusan masalah asosiatif (hubungan). Karena itu, maka bentuk hipotesis penelitian juga ada tiga, yaitu: (1). hipotesis deskriptif adalah merupakan jawaban sementara rumusan masalah deskriptif, (2). hipotesis komparatif ialah merupakan jawaban sementara rumusan masalah komparatif, dan  (3). hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara rumusan masalah asosiatif.

a).  Hipotesis deskriptif
      Rumusan Masalah deskriptif:
Seberapa kuat daya tahan lampu pijar merek ABC?
      Rumusan hipotesis deskriptif:
            Rata-rata daya tahan lampu pijar merek ABC sama dengan 1000 jam.
            -Rata-rata daya tahan lampu pijar merek ABC tidak sama dengan 1000 jam.
            -Rata-rata daya tahan lampu pijar merek ABC lebih besar dari 1000 jam.
            -Rata-rata daya tahan lampu pijar merek ABC lebih kecil dari 1000 jam.
      Rumusan hipotesis statistik:
                        H0 :  µ  =  1000
                        H1 :  µ    1000
                        H1 :  µ  >  1000
                        H1 :  µ  <  1000

b).  Hipotesis Komparatif
      Rumusan Masalah Komparatif:
            Bagaimanakah produktivitas kerja karyawan PT. ABC dibandingkan karyawan PT. KLM?
      Rumusan hipotesis komparatif:
            Tidak terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan PT. ABC dengan PT. KLM.
            -Terdapat perbedaan signifikan produktivitas kerja antara karyawan PT. ABC dengan karyawan PT. KLM.
            -Produktivitas kerja karyawan PT. ABC lebih tinggi dibandingkan karyawan PT. KLM.
            -Produktivitas kerja karyawan PT. ABC lebih rendah dibandingkan karyawan PT. KLM.
     Rumusan hipotesis statistik:
                        H0 :  µabc  =  µklm
                        H1 :  µabc    µklm
                        H1 :  µabc  >  µklm
                        H1 :  µabc  <  µklm

c).  Hipotesis Asosiatif
      Rumusan masalah asosiatif:
Seberapa kuat pengaruh promosi terhadap volume penjualan di PT. ABC?
      Rumusan hipotesis asosiatif:
            Program kegiatan promosi PT. ABC tidak mempunyai pengaruh terhadap perubahan volume penjualannya.
            -Kegiatan promosi mempunyai pengaruh terhadap volume penjualan di PT. ABC.
            -Kegiatan promosi  berpengaruh positip terhadap volume penjualan di PT. ABC.
            -Kegiatan promosi berpengaruh negatip terhadap volume penjualan di PT. ABC.
      Rumusan hipotesis statistik:
                        H0 :  β  =  0
                        H1 :  β    0
                        H1 :  β  >  0
                        H1 :  β  <  0
 
POPULASI DAN SAMPEL

A.  Definisi Populasi dan Sampel

Populasi ialah keseluruhan kelompok orang, peristiwa, atau hal yang ingin peneliti investigasi (Sekaran, 2006).  Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 1999).

Sampel adalah subset atau sub kelompok populasi (Sekaran, 2006). Sampel adalah dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 1999).

Sampling (pengambilan sampel) adalah proses pemilihan unsur dari populasi sehingga karakteristik sampel dapat digeneralisasikan pada populasi (Sekaran, 2006).

B.  Teknik Sampling


 























METODE PENELITIAN EKSPERIMEN


Beberapa Bentuk Desain Penelitian Eksperimen




 





























Bagan gambar yang menunjukkan macam-macam design experiment


1.  Pre-Experimental Designs
         
          Disebut pre-experimental designs, karena desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh, yaitu masih terdapat variabel luar yang turut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini terjadi karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random. Ada tiga macam bentuk pre-experimental designs, yaitu:

a). One-Shot Case Study, padigmanya dapat digambarkan seperti berikut:


X . O
 
                                             X = treatment yang diberikan (variabel independen)

                                             O = Observasi (variabel dependen)
                     

Paradigma  di atas dapat dibaca bahwa hanya terdapat satu kelompok perlakuan (treatment) dan selanjutnya diobservasi hasilnya. Treatment adalah sebagai variabel independen, dan hasilnya adalah variabel dependen.

b).  One Group Pretest-Posttest Design


O1 X O2
 
                                               
                                                O1 = Nilai pretest (sebelum diberi diklat)
                                                O2 = Nilai posttest (sesudah diberi diklat)
Pengaruh diklat terhadap prestasi kerja pegawai adalah = (O2 – O1)                                                                                           
                                                                             
c).  Intact-Group Comparasion

    X  O1
         O2
 
O1 = hasil pengukuran setengah kelompok yang diberi perlakuan
O2 = hasil pengukuran setengah kelompok yang tidak diberi perlakuan
                                                Pengaruh perlakuan = (O1 – O2)
                            

2.  True Experimental Design
                                                                 
          Dalam design  model ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar (eksternal) yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) bisa menjadi tinggi. Ciri utama dari true experimental design adalah bahwa sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random (acak) dari populasi.  Ada dua bentuk rancangan true experimental design, yaitu:

a).  Posttest-Only Control Design

R  X  O1
  R       O2
 
Dalam desain ini terdapat dua kelompok sampel yang masing-masing diambil secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan X. Kelompok pertama ini disebut kelompok eksperimen, dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kontrol.
Adapun pengaruh adanya perlakuan (treatment) adalah (O1 – O2), yaitu ada perbedaan signifikan atau tidak dapat diketahui melalui uji beda rata-rata dengan t-test statistik.

b).  Pretest-Control Group Design


RO1  X  O2
RO3       O4
 
 
Dalam gambar paradigma desain terdapat dua kelompok yang dipilih atau diambil secara random, kemudian keduanya diberi pretest untuk mengetahui perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Adapun hasil pretest yang yang baik jika nilai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan secara signifikan. Pengaruh treatment pd variabel ekperimen dapat diketahui melalui: (O2 – O1) – (O4 – O3).


3.  Factorial Design


RO1  X  Y1O2
RO3       Y1O4
RO5  X  Y2O6
RO7       Y2O8
 
 
Factorial design merupakan modifikasi dari true experimental design, yaitu dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan (variabel independen) terhadap hasil (variabel dipenden).
Pada desain ini semua kelompok dipilih secara random, kemudian msing-masing diberikan pretest. Kelompok penelitian dinyatakan baik jika setiap kelompok nilai pretestnya sama.  Jadi O1 = O3 = O5 = O7.  Dalam contoh desain,  variabel moderatornya adalah Y1 dan Y2.
          Contoh:
                   Dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh metode pemasaran tertentu terhadap nilai penjualan. Untuk itu dipilih empat kelompok secara random. Variabel moderatornya ialah jenis kelamin, yaitu laki-laki (Y1) dan perempuan (Y2).
Treatment (metode pemasaran baru) dicobakan pada kelompok eksperimen pertama yang telah di pretest (O1 = kelompok laki-laki) dan kelompok eksperimen ke dua yang telah diberi pretest (O5 = kelompok perempuan). Pengaruh perlakuan (metode pemasaran baru) terhadap nilai penjualan barang untuk kelompok laki-laki = (O2 – O1) – (O4 – O3). Sedang pengaruh perlakuan terhadap nilai penjualan barang untuk kelompok perempuan = (O6 – O5) – (O8 – O7).  Bila terjadi perbedaan pengaruh metode pemasaran terhadap nilai penjualan antara kelompok laki-laki dan kelompok perempuan, maka penyebab utamanya adalah bukan treatment yang diberikan (perlakuan sama), melainkan karena adanya variabel moderator, yang dalam hal ini adalah jenis kelamin.   

4.  Quasi Experimental Design

          Model desain eksperimental ini merupakan pengembangan dari true experimental design, yang relatif rumit dan sulit dilaksanakan. Desain ini memiliki kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengendalikan variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Meski demikian, desain ini lebih baik dari pre-experimental design.  Quasi experimental design digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian. Ada dua macam bentuk quasi experimental design, yaitu:
a).  Time Series Design

Dalam

O1 O2 O3 O4  X  O5 O6 O7 O8
 
model time series design ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih secara random.

Sebelum dilakukan treatment, kelompok diberikan pretest sampai empat kali, dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi perlakuan. Bila hasil pretest empat kali nilainya berbeda-beda berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak menentu, dan tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapat diketahui dengan baik, maka baru ada treatment. Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol.
Hasil pretest yang baik adalah O1 = O2 = O3 = O4,  dan hasil perlakuan yang baik adalah O5 = O6 = O7 = O8. Besarnya pengaruh perlakuan adalah = (O1 + O2 + O3 + O4) – (O5 + O6 + O7 + O8).

b).  Nonequivalent Control Ggroup Design
    O1    X    O2
   
    O3           O4

 
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.


SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN

Dalam pengumpulan data penelitian kuantitatif peneliti akan menggunakan instrumens yang baik agar didapat data yang valid. Sedang pada penelitian kualitatif-naturalistik  peneliti akan menjadi instrumen, karena dalam penelitian ini peneliti merupakan key instrumens.  Instrumen digunakan untuk mengukur variabel.  Hasil pengukuran disebut data yang selanjutnya digunakan untuk analisis obyek  penelitian.  Adapun macam karakteristik perangkat instrumen yang diperlukan bergantung jenis atau macam skala ukur data yang akan dikoleksi. 

Macam-Macam Skala Pengukuran

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur. Sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Macam-macam skala ukur data dalam penelitian dibedakan menjadi: skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio.

Darri empat macam skala ukur  data di atas, maka jenis skala ukur interval yang paling sering digunakan untuk mengukur fenomena/gejala sosial. Selanjutnya, para ahli sosial membedakan dua tipe skala menurut fenomena sosial:
(a).  Skala pengukuran untuk mengukur perilaku sosial dan kepribadian. Contoh yang termasuk tipe ini yaitu: skala sikap, skala moral, skala partisipasi sosial, test karakter, test IQ dll.
(b).  Skala pengukuran untuk mengukur berbagai aspek budaya dan lingkungan sosial. Sebagai contoh skala ukur untuk mengukur status sosial ekonomi, lembaga-lembaga sosial, kemasyarakatan,  dan kondisi kerumahtanggaan.

Berbagai skala yang dapat dipakai untuk penelitian sosial dan bisnis di antaranya ialah: Skala Likert, Skala Guttman, Rating Scale, Semantict Defferensial Scale, Skala Thurstone.

1. Skala Likert. Tipe skala ini biasa digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,  dan persepsi seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial.  Dengan skala Likert maka variabel dijabarkan ke dalam indikator-indikator, kemudian disusun item-item instrumen yang bisa berupa pertanyaan atau pernyataan.  Jawaban (isian) setiap item instrumen memiliki gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif.  Untuk kepentingan analisis kuantitatif, maka jawaban gradasi kualitatif tersebut  dikonversikan ke dalam skor angka. Contoh:
Informasi Kualitatif
Skor
Informasi Kualitatif
Skor

Sangat setuju
Setuju 
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju


5
4
3
2
1

Selalu
Sering
Kadang-kadang
Hampir tidak pernah
Tidak pernah

5
4
3
2
 1

Sangat positif
Positif
Netral
Negatif
Sangat negatif

5
4
3
2
1


Sangat baik
Baik
Cukup baik
Kurang baik
Sangat tidak baik

5
4
3
2
1

a). Instrumen skala Likert dalam bentuk Checklist

Perintah: Berilah jawaban pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi tanda ( √ ) pada kolom yang tersedia.

No
Pertanyaan
Jawaban
SS
S
R
TS
STS

1



2

3

Prosedur kerja yang baru akan diterapkan diperusahaan saudara

Produktivitas kerja pegawai di perusahaan tinggi
……………………













b).   Bentuk pilihan ganda
Contoh:    Pilih satu jawaban dengan memberi tanda silang ( X ) pada a, b, c, d, atau e saja.

1. Prosedur kerja baru akan segera diterapkan di lembaga saudara
a.  Sangat setuju
b.  Setuju 
c.  Ragu-ragu
d.  Tidak Setuju
d.  Sangat Tidak Setuju

2.  Skala Guttman.  Skala pengukuran dengan tipe jawaban tegas dan dikotomi.  Contoh:
          1.  Bagaimana pendapat anda jika pimpinan kantor diambilkan dari luar?
                   a.  Setuju
                   b.  Tidak setuju
          2.  Pernahkah pimpinan melakukan peninjauan di ruang kerja anda?
                   a.   Pernah
                    b.  Tidak pernah

3.  Semantic Defferensial. Model instrumen ini dikembangkan oleh Osgood.  Skala ini digunakan untuk mengukur sikap. Hanya bentuk strukturnya tidak pilihan ganda maupun cheklist, melainkan tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban cenderung sangat positip terletak di bagian kanan garis, dan jawaban sangat negatif terletak di bagian kiri garis,  atau sebaliknya.
     Contoh:



 
     1.  Bersahabat                                                              Tidak bersahabat
    
Oval: 2     2.  Tepat janji                                                               Tidak tepat janji


 
Oval: 5     3.  Memberi kepercayaan                                             Mendominasi bawahan
          pada bawahan


4.  Rating Scale.
     Contoh 1:  Seberapa baik data ruang kerja yang ada di perusahaan A?
     Berilah jawaban angka:
          4  bila tata ruang itu sangat baik
          3  bila tata ruang baik
          2  bila tata ruang kurang baik
          1  bila tata ruang sangat buruk

Jawablah dengan melingkari angka pilihan jawab yang tersedia sesuai dengan keadaan yang sebenarnya

No
Pertanyaan tentang tata ruang kantor
Interval jawaban
1


2

3

Penataan meja kerja sehingga arus kerja menjadi pendek

Pencahayaan alam tiap ruang kerja

Sirkulasi udara tiap ruangan


  4       3       2        1

  4       3       2        1
 
  4       3       2        1
Contoh 2:
Seberapa tinggi pengetahuan anda terhadap matakuliah berikut sebelum dan sesudah mengikuti pendidikan dan latihan?
Keterangan pilihan jawab:
     0    =   bila sama sekali belum tahu
     1    =   telah mengetahui sampai dengan 25%
     2    =   telah mengetahui sampai dengan 50%
     3    =   telah mengetahui sampai dengan 75%
     4    =   telah mengetahui 100%

Rating scale form-nya sebagai berikut
Perintah: mohon dijawab dengan cara melingkari nomer angka sebelum dan sesudah melakukan pendidikan dan latihan (diklat).

Pengetahuan sebelum mengikuti diklat
Mata Kuliah
Pengetahuan sesudah mengikuti diklat
 0     1     2     3     4
 Komunikasi
 0     1     2     3     4
 0     1     2     3     4
 Tata ruang kantor
 0     1     2     3     4
 0     1     2     3     4
 Teori pengambilan keputusan
 0     1     2     3     4
 0     1     2     3     4
 Sistem pembuatan laporan
 0     1     2     3     4
 0     1     2     3     4
 Pemasaran
 0     1     2     3     4
 0     1     2     3     4
 Akuntansi
 0     1     2     3     4
 0     1     2     3     4
 Statistik
 0     1     2     3     4

Selain beberapa instrumen di atas, masih ada instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur atau mendapatkan data nominal dan ordinal.
Contoh 1:  instrumen untuk menjaring data nominal

No
Pertanyaan
Jawaban nominal
1
2
3
4
Berapa banyak pegawai di perusahaan saudara
Berapa banyak pegawai yang telah bergelar sarjana
Berapa banyak sarana komputer yang telah dimiliki
Berapa banyak judul buku di perpustakaan kantor
…………   orang
…………   orang
……… komputer
…………..  judul

Contoh 2: instrumen untuk menjaring data ordinal
Perintah:  Berilah ranking nilai pada kelima barang berikut menurut intensitas kelarisan penjualannya di pasaran.

Nama Barang
Ranking nomer
A
…………..
B
…………..
C
…………..
D
…………..
E
…………..



SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN (lanjutan)


Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus mempunyai alat ukur yang baik. Selanjutnya, alat ukur dalam penelitian biasa disebut instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian.
          Alat ukur atau instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dalam ilmu alam sudah banyak tersedia dan telah teruji validitas dan realibilitasnya.  Namun dalam penelitian ilmu sosial masih terbatas instrumen yang tersedia dan telah teruji validitas dan realibilitasnya, seperti instrumen untuk mengukur motif berprestasi, n-ach untuk mengukur sikap, mengukur IQ, mengukur bakat dan lain-lain.
          Meskipun instrumen-instrumen tersebut sudah ada, namun instrumen-instrumen dalam bidang sosial walaupun telah teruji validitas dan realibilitasnya, akan tetapi bila digunakan pada tempat tertentu belum pasti tepat dan mungkin tidak valid dan reliabel lagi. Hal ini bisa dimaklumi karena gejala/fenomena sosial itu cepat berubah dan sulit dicari kesamaannya. Contoh instrumen kepemimpinan, mungkin valid di Amerika, tetapi tidak valid di Indonesia. Kenapa?

Cara Menyusun Instrumen

Titik tolak dari penyusunan instrumen adalah variabel-variabel penelitian yang kemudian dioperasionalkan ke dimensi (sub variabel) dan indikator.  Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrumen, selanjutnya perlu digunakan “matrik pengembangan instrumen” atau “kisi-kisi instrumen”.
Contoh, variabel penelitian adalah tingkat kekayaan. Indikator kekayaan: rumah, kendaraan, tanah, tempat belanja, makanan yang sering dimakan, jenis olah raga, dan sebagainya. Untuk indikator rumah, bentuk pertanyaannya, misal: (a). berapa jumlah rumah, (2) dimana letak rumah, (3) berapa luas masing-masing rumah, (4) bagaimana kualitas bangunan, dst. 
          Untuk bisa menetapkan indikator-indikator dari setiap variabel yang diteliti, diperluakan wawasan luas dan mendalam tentang variabel yang diteliti, dan teori-teori yang mendukungnya. Penggunaan teori untuk menyusun instrumen harus secermat mungkin agar diperoleh indikator yang valid.
TABEL ……
KISI-KISI ATAU MATRIK PENGEMBANGAN INSTRUMEN
PENGETAHUAN kEWIRAUSAHAAN
(Sumber: Eko Raharjo, 1999)

Sub-variabel
Indikator
No. Item Kuesioner

Orientasi Strategis

a.     Visi ke depan
b.     Berketrampilan konseptual
c.      Berketrampilan sosial
d.     Manpu memasarkan dengan baik

1 s/d 12

Komitmen terhadap peluang

a.     Kreatif
b.     Inovatif
c.      Intuitif
d.     Berani mengambil risiko
e.      Percaya diri
f.       Belajar dari kesalahan
g.     Memahami lingkungan

13 s/d 26

Komitmen dan kontrol terhadap sumberdaya

a.     Disiplin tinggi
b.     Bertanggungjawab
c.      Berketerampilan teknik
d.     Suka bekerja keras
e.      Pandai meyakinkan orang
f.       Berlatar belakang keluarga wirausaha

27 s/d 38

Konsep manajemen

a.     Berketerampilan manajerial
b.     Suka mendelegasikan wewenang
c.      Tidak suka bekerja secara sistem

30 s/d 50

Kebijakan balas jasa

a.     Motif yang kuat untuk mencapai tujuan
b.     Pelayanan memuasakan pada semua pihak

51 s/d 60
Jumlah item

60


Contoh Judul penelitian dan Instrumen yang dikembangkan:
 Gaya dan Situasi Kepemimpinan Serta Pengaruhnya Terhadap Iklim Kerja Organisasi

Dari judul di atas terdiri atas dua variabel indipenden dan satu variabel dependen.  Adapun masing-masing instrumennya adalah:
1.     Instrumen untuk mengukur variabel  gaya kepemimpinan
2.     Instrumen untuk mengukur variabel situasi kepemimpinan
3.     Instrumen untuk mengukur variabel iklim kerja organisasi.
Agar variabel-variabel di atas lebih operasional maka dijabarkan ke dalam indikator-indikator sebagai berikut:

TABEL …..
KISI-KISI INSTRUMEN YANG DIPERLUKAN UNTUK MENGUKUR GAYA KEPEMIMPINAN, SITUASI KEPEMIMPINAN,
DAN IKLIM KERJA ORGANISASI

Variabel Penelitian
Indikator
No. Item Instrumen
Keterangan

Gaya Kepemimpinan

a.     Kepemimpinan direktif
b.     Kepemimpinan supportif
c.      Kepemimpinan partisipatif

1, 4, 7, 10, 13, 16

2, 5, 8, 11, 14, 17

3, 6, 9, 12, 15, 18


Situasi Kepemimpinan

a.     Hubungan pemimpin dengan bawahan
b.     Tugas-tugas

c.      Power position

1, 2, 3, 4, 5, 6,

7, 8, 9, 10, 11, 12

13, 14, 15, 16, 17, 18


Iklim Kerja Organisasi

a.     Otonomi dan flesibilitas
b.     Menaruh kepercayaan dan terbuka
c.      Simpatik dan memberi dukungan
d.     Jujur dan menghargai

e.      Kejelasan tujuan

f.       Pekerjaan yang berisiko
g.     Pertumbuhan kepribadian

1, 2

3, 4

5, 6

7, 8

9, 10

11, 12

13, 14



SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN (lanjutan)

Bentuk-bentuk instrumen mana yang akan dipilih  tergantung pada beberapa faktor, diantaranya ialah teknik pengumpulan data yang akan dipakai.  Misal, bila menggunakan angket maka bentuk pilihan ganda  lebih komunikatif, tetapi boros kertas, dan instrumen menjadi lebih tebal sehingga responden cenderung malas menjawabnya.  Bentuk cheklist dan rating scale  bisa dipakai untuk pedoman observasi (observation guidance).
Kapan masing-masing macam metode pengumpulan data digunakan?
1.  Angket            :   digunakan bila responden jumlahnya besar, domisili menyebar luas,  bisa membaca  dengan baik, dan dapat mengungkapkan hal yang sifatnya rahasia.   
2.  Observasi       :  dipakai bila obyek penelitian bersifat perilaku manusia, proses kerja, gejala alam, responden kecil.
3.  Wawancara     :  digunakan  bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam, jumlah responden sedikit, serta sebaran domisili tidak luas.
4.  Gabungan ketiga macam teknik pengumpulan data, bila ingin memperoleh data yang lengkap, akurat dan konsisten.

Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumen penelitian yang valid dan reliabel. Hasil penelitian yang valid jika terdapat kesamaan data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya.  Jika dalam obyek berwarna merah, sementara data yang terkumpul berwarna putih, maka hasil penelitian tidak valid. Selanjutnya hasil penelitian yang reliabel bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda.  Kalau dalam obyek kemarin warna merah, maka untuk sekarang dan besok pun tetap warna merah.
          Instrumen yang valid berarti alat ukur yang dipakai untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Meteran selalu digunakan untuk mengukur panjang, bukan untuk mengukur berat. Instrumen yang reliabel ialah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Alat ukur panjang dari karet adalah contoh instrumen yang tidak reliabel atau tidak konsisten.  Selanjutnya, dengan menggunakan instrumen (alat) yang valid dan reliabel untuk penelitian maka diharapkan akan diperoleh data hasil pengukuran dalam penelitian yang valid dan reliabel.  
          Ada dua macam instrumen untuk mengukur fenomena sosial atau perilaku, yaitu: instrumen berbentuk test untuk mengukur prestasi belajar, dan berbentuk non test untuk mengukur sikap. Yang berupa test jawabannya ialah “salah atau benar”, sedang yang non test (instrumen sikap) jawabannya adalah “positip atau negatip”. 
          Instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal.  Instrumen mempunyai validitas internal (validitas rasional) bila kriteria yang ada dalam instrumen secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur.  Instrumen mempunyai validitas eksternal bila kriteria di dalam instrumen disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang ada. Misal akan mengukur kinerja sekelompok pegawai, maka tolok ukur (kriteria) yang dipakai didasarkan pada tolok ukur yang yang telah diterapkan di kepegawaian itu.  Sedangkan untuk validitas internal dikembangkan dari teori-teori tentang kinerja. 
          Validitas internal instrumen yang berupa test  harus memenuhi construct validity dan content validity.  Construct validity atau logical validity atau validity by definition ialah jika instrumen tersebut bisa digunakan untuk mengukurb gejala sesuai yang didefinisikan.  Misal, ingin mengukur produktivitas kerja maka harus didefinisikan apa itu produktivitas kerja.  Sedang validitas isi (content validity) ialah instrumen yang berbentuk test yang sering digunakan untuk mengukur prestasi belajar (achivement) dan mengukur efektivitas pelaksanaan program dan tujuannya. Untuk mengukur instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi (content validity) maka instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan.

Pengujian Validitas Instrumen

1. Pengujian Validitas Konstruksi (Construct Validity).  Uji validitas konstruksi bisa digunakan pendapat dari ahli (judgment experts), yaitu dengan cara konsultasi.  Sesudah itu uji coba instrumen nyata pada sampel dari suatu populasi yang akan diteliti. Dari hasil tabulasi data, selanjutnya dilakukan analisis faktor  yaitu mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Contoh untuk mengukur variabel prestasi kerja. 
    
Variabel
Indikator (faktor)
Nomer Item Kuesioner (Instrumen)

Prestasi kerja

a.     Kualitas hasil kerja
b.     Kecepatan kerja


1,  2,  3
4,  5,  6,  7

Tiap item pertanyaan/pernyataan diberikan empat opsi jawab:  skor 4 sangat tinggi, 3 tinggi, 2 rendah, 1 sangat rendah.  Hasil scoring pada lima pegawai sebagai responden sebagai berikut:
No
Res
Skor faktor  kualitas hasil kerja (X1)
Juml
(X1)
Skor faktor kecepatan kerja (X2)
Juml
(X2)
Total
(Y)
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
3
4
1
3
2
4
3
2
3
2
3
2
1
3
4
10
9
4
9
8
3
4
3
4
3
3
3
2
4
1
2
4
1
3
2
4
4
2
3
1
12
15
8
14
7
22
24
12
23
15

Dengan menggunakan rumus korelasi Karl Pearson atau Product Moment diperoleh:
           
         

Menurut Prof. Masrun, jika nilai (koefisien) korelasi item faktor lebih besar 0,3 maka faktor tersebut dinyatakan valid. Dalam contoh di atas kualitas hasil kerja (X1) dan kecepatan kerja (X2) merupakan faktor konstruk variabel prestasi kerja (Y), maka dapat disimpulkan bahwa keduanya merupakan konstruksi (construct) yang valid untuk variabel prestasi kerja pegawai. 
Selanjutnya, apakah item-item  atau setiap butir dalam instrumen itu valid atau tidak, dapat diketahui dari mengkorelasikan skor item kuesioner dengan skor total (Y). Dari hasil perhitungan contoh di atas bahwa  koefisien korelasi masing-masing butir instrumen dengan skor total ditunjukkan dalam tabel berikut:

No. Butir
r hitung
r kritis
Kesimpulan
r1Y
0,95
0,3
valid
r2Y
0,79
0,3
valid
r3Y
0,22
0,3
tidak valid
r4Y
0,73
0,3
valid
r5Y
0,79
0,3
valid
r6Y
0,84
0,3
valid
r7Y
0,83
0,3
valid

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa enam butir instrumen disimpulkan valid dan hanya satu item instrumen, yaitu no 3 untuk faktor satu (kualitas hasil kerja) tidak valid.
Pengujian validitas seluruh butir instrumen dalam satu variabel dapat juga dilakukan dengan mencari daya pembeda skor tiap item dari kelompok yang memberikan jawaban tinggi dan kelompok jawaban rendah. Biasanya jumlah item kelompok tertinggi 27% dan jumlah item kelompok terendah 27%. Contoh kasus, data dalam tabel berikut:


         

Tabel …..
KELOMPOK SKOR TINGGI DAN RENDAH PADA
INSTRUMEN UNTUK MENGUKUR KINERJA
PERBANKAN NASIONAL
Skor-skor item kelompok tinggi
Skor-skor item kelompok rendah
126
81
128
96
135
104
135
107
135
108
140
108
142
109


Uji signifikansi daya pembeda digunakan rumus t-test sbb:




          Sgab = 8,4

          Thitung = 7,37

         
Untuk mengetahui apakah perbedaan rata-rata signifikan atau tidak, harga t hitung diperbandingkan dengan nilai t tabel pada derajad kebebasan (dk) = (n1 + n2) – 2. Dari contoh di atas diperoleh nilai t tabel = 1,78 yaitu lebih kecil dari nilai t hitung (= 7,37). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kelompok item skor tinggi dengan kelompok item skor rendah, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen valid.

  
SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN (lanjutan)

Pengujian Reliabilitas Instrumen

          Pengujian  reliabilitas instrumen bisa dilakukan secara (1) eksternal yaitu: test-retest, ekuivalen, gabungan; dan (2) internal yaitu menganalisis konsistensi butir-butir (item-item) pada instrumen.
(a). Test-retest (stability), yaitu mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Jadi dalam hal ini instrumen sama, responden sama, dan waktunya saja yang berbeda.  Reliabilitas diukur dari koefisien korelasinya antara hasil test pertama dengan hasil test kedua atau ketiga dst.
(b).  Ekuivalen, adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda tetapi maksudnya sama. Contoh:
                   -Berapa tahun pengalaman kerja anda di perusahaan ini? Ekuivalen isi dengan:
                   -Tahun berapa anda mulai bekerja di perusahaan ini?
(c).  Gabungan, yaitumengetahui reliabilitas dengan cara mencobakan dua instrumen ekuivalen itu beberapa kali ke responden yang sama.


                                          Instrumen Ekuivalen
   Uji ke I





Skor Data Instrumen Pertama
 

Skor Data Instrumen Kedua
 
 
                                                              r1

















 




                                                     r5                   r6
                  r3                                                                                            r4


  Uji ke II





Skor Data Instrumen Pertama

 

Skor Data Instrumen Kedua

 
 
                                                              r2


Pengujian dua kali dalam waktu yang berbeda, didapat enam koefisien korelasi reliabilitas. Bila keenam korelasi tersebut semuanya positip signifikan, maka dapat dinyatakan bahwa instrumen reliabel.
(d). Internal Consistency.  Uji internal consistency dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data dianalisis dengan teknik tertentu, di antaranya:
      
1.     Rumus Sperman Brown

    di mana:  ri  =  reliabilitas internal seluruh instrumen
    rb = korelasi product moment antara belahan pertama data dan kedua data

2.     Rumus KR-20  (Kuder Richardson)

     di mana: 
k  =  jumlah item dalam instrumen
                                                pi = proporsi banyakanya subyek yang
                                                        menjawab pada item i
                                                qi =  1- pi

                                                si2 =  varians total
          3.  Rumus KR-21

                        di mana:
                                                                   k    =  jumlah item dalam instrumen
                                                                   M   = mean skor total
                                                                   Si2  =  varians total                                    
          4.  Analisis Varians Hoyt (Anova Hoyt)

                             

di mana:
                             MKe  = mean kuadrat antara subyek
                             MKs  = mean kuadrat kesalahan
                             Ri      =  reliabilitas instrument






TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Sekurang-kurangnya ada dua hal yang mempengaruhi kualitas data diperoleh: (1) kualitas instrumen penelitian (lihat hasil uji validitas dan reliabilitas), dan (2) kualitas pengumpulan data (dilihat dari berbagai setting,  berbagai sumber, dan berbagai cara). 

Metode Wawancara (Interview)

Teknik ini biasa digunakan peneliti untuk melakukan studi pendahuluan (preliminarry investigation) untuk tujuan menemukan permasalahan yang harus diteliti.
a.     Wawancara terstruktur. Peneliti telah menyiapkan instrumen untuk wawancara, bisa berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis.
b.     Wawancara tidak terstruktur. Peneliti atau pewancara tidak harus memiliki pedoman tertulis dan bebas dalam melakukan wawancara.


Kuesioner (Angket)

Berupa seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.  Prinsip-prinsip dalam penulisan angket: prinsip penulisan, pengukuran, dan penampilan fisik.

1.  Prinsip penulisan angket.
a)     Isi dan tujuan Pertanyaan, adalah berhubungan dengan apakah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan?  Kalau  berbentuk pengukuran maka dalam membuat pertanyaan harus teliti. Setiap pertanyaan harus jelas skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti.
b)    Bahasa yang yang digunakan disesuaikan dengan kapasitas kemampuan responden.
c)     Tipe dan bentuk pertanyaan. Tipe pertanyaan dalam angket bisa terbuka atau tertutup.
d)    Pertanyaan tidak mendua. Contoh: Bagaimana pendapat saudara tentang kualitas dan harga barang tersebut?
e)     Tidak menanyakan yang sudah lupa.  Contoh: bagaimanakah kinerja para penguasa Indonesia 40 tahun lalu?
f)      Pertanyaan tidak menggiring. Contoh: bagaimanakah jika gaji saudara dinaikkan di atas 50 persen?
g)     Panjang Pertanyaan. Kalimat pertanyaan pendek-pendek, tapi baik dan jelas. Tiap variabel disarankan kisaran 20 s/d 30 pertanyaan.
h)    Urutan pertanyaan.  Dimulai dari yang umum (mudah dan sederhana) menuju ke yang khusus (spesifik).

2.  Prinsip Pengukuran. 
Angket harus valid dan reliabel, sehingga efektif atau kena sasaran data dari variabel yang diukur.

3.  Penampilan Fisik Angket.
Penampilan fisik angket akan mempengaruhi keseriusan responden. Karena itu angket dicetak dikertas yang baik, dibuat ringkas jumlah halaman, menarik untuk dibaca (tulisan standar dan indah).


Observasi

Jika angket atau kuesioner komunikasi ditujukan terbatas pada responden manusia, maka observasi dilakukan tidak terbatas pada orang, tetapi bisa obyek berupa barang, binatang, ataupun tumbuhan.  Observasi dibedakan menjadi:
a)     Observasi berperanserta (Participant observation), yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
b)    Observasi Nonpatisipan, yaitu peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.
c)     Observasi terstruktur, yaitu observasi yang dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati dan dimana tempatnya. Instrumen untuk observasi sudah dirancang secara sistematis. Contoh: peneliti akan melakukan pengukuran terhadap kinerja karyawan bidang pemasaran pelalui pengamatan, maka peneliti dapat menilai setiap perilaku dengan menggunakan acuan instrumen yang digunakan untuk mengukur kinerja karyawan tersebut.
d)    Observasi Tidak Terstruktur, yaitu observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi.


TEKNIK ANALISIS DATA

TABEL …
PENGGUNAAN STATISTIK PARAMETRIK DAN  NONPARAMETRIK
UNTUK MENGUJI VARIABEL

MACAM DATA

BENTUK HIPOTESIS

Deskriptif (satu variabel atau satu sampel)**
Komparatif (dua sampel)
Komparatif (lebih dari dua sampael)
Asosiatif (hubungan)

Related

Independen

Related

Independen

Nominal

Binomial

χ2 satu sampel

Mc Nemar

Fisher Exact Probability

χ2 dua sampel

Cochran- Q

χ2 untuk k sampel

Contingency Coefficient

Ordinal

Run Test


Sign Test

Wilcoxon matched pairs

Median Test

Mann-Whitny U Test

Kolmogorow Smirnov

Wald-Woldfowitz

Friedman Two-Way Anova

Median Extension

Kruskal-Wallis One Way Anova

Spearman Rank Correlation

Kendall Tau

Interval atau Rasio

t-test*

t-test of related

t-test Independent

One-Way Anova*

Two-way Anova*

One-Way Anova*

Two-way Anova*

Product Moment Correlation*

Korelasi parsial*

Korelasi ganda*

Regresi sederhana*

Regresi ganda*

*   Statistik Parametrik
** Deskriptif untuk parametrik artinya satu variabel, dan nonparametrik artinya satu sampel.
  
PENULISAN HASIL PENELITIAN

Laporan penelitian yang lengkap tidak hanya menyajikan hasil penelitian, tetapi juga proses penelitian itu sebagai keseluruhan. Dengan demikian , para pembaca dapat menempatkannya ke dalam konteks ilmiah secara umum dan menilai apakah metode, data dan kesimpulan memadai.

Tidak semua pembaca menelaah laporan penelitian itu dari halaman pertama sampai halaman terakhir. Pembagiannya yang baik atas bab-bab dan bagian bab, akan menolong pembaca memilih apa yang ingin dibacanya.  Adapun pembagian isi laporan penelitian itu secara berurutan, sekurang-kurangnya adalah sebagai berikut:
1.     Judul laporan penelitian. Judul penelitian sebaiknya jelas, ringkas dan menggambarkan isi.
2.     Kata pengantar. Kata pengantar biasanya pendek, sekitar satu halaman. Di situ dikemukakan tujuan penelitian, masalah yang dihadapi, siapa yang mensponsornya dan ucapan terima kasih kepada yang memberikan berbagai bantuan untuk suksesnya penelitian.
3.     Daftar isi. Daftar isi menunjukkan bagian-bagian dari laporan penelitian dan di situ bisa dilihat hubungan antara satu bagian dengan lainnya. Untuk tabel, diagram, peta dan gambar (kalau ada) masing-masing dibuat daftar isi sendiri.
4.     Pendahuluan. Dalam bagian ini pembaca diantarkan kepada perumusan masalah, ruang lingkup, tujuan, kegunaan teoritis dan praktis dari laporan penelitian dan metodologi.
5.     Tubuh laporan. Bab-babnya merupakan bagian yang pokok dari laporan tersebut. Melalui berbagai teknik analisa yang digunakan, terurai apa yang ditemukan dalam penelitian. Tiap bab membahas satu masalah pokok dan bab-bab itu merupakan rangkaian yang ketat hubungannya dengan tema pokok.
6.     Kesimpulan. Di sini dikemukakan implikasi dari penelitian tersebut dan ada kalanya disarankan pula penelitian lanjutan. Sifatnya berbeda dengan ikhtisar yang fungsinya agar pembaca dapat mengetahui dengan cepat hasil penelitian itu sebagai keseluruhan.
7.     Lampiran. Berisi bahan yang kurang praktis atau mengganggu penyajian bila dimasukkan teks.
8.     Kepustakaan. Berisi daftar rujukan pustaka yang dipakai untuk melengkapi dan menjelaskan isi penelitian. Di sini kelihatan, apakah peneliti up to date dalam kepustakaan yang digunakan dan apakah dia  cukup efisien.
Contoh Sederhana Kerangka  Sistem Isi Laporan Penelitian (Skripsi/Tesis)


HALAMAN  JUDUL ……………………………………………………………………
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………………...
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………...
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………………….
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………………….
BAB I    :  PENDAHULUAN
1.1.            Latar Belakang Masalah
1.2.            Identifikasi Masalah
1.3.            Batasan / Rumusan Masalah
1.4.            Tujuan Penelitian
1.5.            Kegunaan Penelitian
BAB II   :  LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
2.1.            Landasan Teori
2.1.1.      …………………………………………………………………….
2.1.2.       …………………………………………………………………....
2.1.3.       ……………………………………………………………………
2.2.            Kerangka Pikir
2.3.            Hipotesis
BAB III  :   METODE PENELITIAN         
3.1.            Obyek dan Tempat Penelitian
3.2.            Metode Penelitian yang Digunakan
3.3.            Variabel dan Operasionalisasinya
3.3.1.      Definisi Variabel
3.3.2.      Operasionalisasi variabel
3.4.            Populasi dan Sampel
3.5.            Teknik Pengambilan Sampel (Metode Sampling)
3.6.            Metode Pengumpulan Data
3.6.1.      Instrumen Penelitian
3.6.2.      Uji Validitas Instrumen
3.6.3.      Uji Reliabilitas Instrumen
3.7.            Rancangan Uji Hipotesis
3.7.1.      Formulasi Hipotesis Statistik
3.7.2.      Model Statistik yang Digunakan
3.7.3.      Rancangan Uji Signifikansi
BAB IV :    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.            Hasil Penelitian
4.1.1.      Gambaran Umum Perusahaan
4.1.2.      Deskripsi Variabel / Obyek Penelitian
4.1.3.      Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
4.1.4.      Hasil Uji Hipotesis
4.2.            Pembahasan
4.2.1.      ………………………………………………………..
4.2.2.      ………………………………………………………..
4.2.3.      .……………………………………………………….
BAB V  :  KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.            Kesimpulan
5.2.            Saran
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….

Kerangka Karangan

Sebagai langkah pertama dalam menulis sebuah karangan/laporan, buatlah kerangka karangan. Sesuadah melalui suatu proses pemikiran, rangka karangan tersebut bisa berubah menurut kebutuhan. Yang penting, ada hubungan yang logis antara bab yang satu dengan lainnya, antara bagian satu dengan lainnya, sehingga keseluruhanya merupakan suatu kesatuan yang utuh.

Untuk menyusun rangka karangan ke dalam bab, bagian dari bab dan seterusnya, terdapat dua sistem, yaitu: (1). Sistem campuran huruf dan angka; (2). Sistem angka dengan tambahan huruf.

Sistem Campuran Huruf dan Angka

     I.  Angka Romawi besar (untuk bab)
          A.   Huruf Romawi besar (untuk bagian bab)
                1.   Angka Arab besar
                     a.   Huruf Romawi kecil
                           i.  Angka Romawi kecil
                              (a)   Huruf Romawi kecil berkurung
                                     (1)  Angka Arab berkurung

Sistem Angka dengan Tambahan Huruf
     I.   (untuk bab)
          1.1.
                   1.1.1.
                          1.1.1. (a)
                                      1.1.1 (a) i    
          1.2.
                   1.2.1.
                             1.2.1. (a)
                             1.2.1. (b)
1.2.2.
          1.2.2. (a) 
                   1.2.2. (a) i
                   1.2.2. (a) ii
          1.2.2. (b)
                   1.2.2. (b) i  
                   1.2.2. (b) ii  
          1.3.
                   1.3.1.
Cara Menulis Kutipan

Kutipan kalimat terdiri maksimal tiga baris boleh dimasukkan dalam kalimat bagian alinea dengan spasi baris normal. Tetapi, di depan atau di belakang kutipan kalimat harus tetap menyebutkan sumber pustaka dari mana  kutipan diambil.
Contoh:
(a). Menurut Suryonoto (2005 : 123) menyebutkan bahwa …………………
          (b). Terdapat pengaruh positip …..…………………. (Suryonoto, 2006 : 32).

Jika kutipan lebih dari tiga baris, maka harus ditulis masuk, kurang lebih 5 karakter (satu tab), dari margin kiri dengan spasi baris satu (single).
Contoh:
   (a). Kaitan antara …………………………………………………………………
          ………………………………………………………………………………..
          ………………………………………………………………………………..
          …………………..…………………………… (Suryonoto, 2007 : 102-103).

  (b).  …… menjelaskan hubungan antara X dan Y, yaitu (Agus, 2005 : 45-50):
          ………………………………………………………………………………..
          ………………………………………………………………………………..
          ………………………………………………………………………..............
          ………………………………………………………………………………..

Cara Menuliskan Daftar Pustaka

(1). Buku literatur:

Cooper, Donald R., and Pamela S. Schindler. (2003). Business Research Methods. New York: McGraw-Hill Companies, Inc., 7th edition.

Jogiyanto H.M. (2005). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta: BPFE Fakultas Ekonomi UGM.

(2). Artikel dalam Kumpulan Karangan:

Prescott, John A. (2002). “Hongkong the Form and Significance of  A High-density Urban Development”. Dwyer, D.J., ed., Asian  Urbanization: A Hongkong Casebook. Hongkong: Hong Kong University Press, p. 10-25.

Ancok, Djamaludin. (1989). “Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian”.  Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, ed., Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES, halaman 122-146.



(3). Artikel dalam Journal:

Collins, D.W. and S.P. Kothari. (2001). “An Analysis of  Intertemporal and Cross-sectional Determinants of Earnings Response Coefficients”. Journal of Accounting and Economics, Vol. 11, p. 143-181.

Gunung, Iskandar. (2006). “Beberapa Segi dari Persoalan Transmigrasi”. Koperasi Mandiri, 3 (9/10) : 15-36.

(4). Artikel dalam Koran:

(2001). “Akhir Abad ke-20 Penduduk Pulau Jawa Menghadapi Masalah Serius”. Kompas, 26 Nopember.

Soekanto, Soeryono. (1980). “Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Korupsi dan nepotisme”. Sinar Harapan, 2 Nopember.



DAFTAR PUSTAKA

Black, James A. and Dean J. Champion. (1999). Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Penerjemah: E. Koswara dkk. Bandung: Refika Aditama, Edisi 1.

Cooper, Donald R., and Pamela S. Schindler. (2003). Business Research Methods. New York: McGraw-Hill Companies, Inc., 7th edition.

Cooper, Donald R. and C. William Emory. (1995). Business Research Methods. Richard D. Irwin, Inc., 5th edition.

Hanke, John E. and Arthurb G. Reitsch. (1994). Understanding Business Statistics. Richard D. Irwin, Inc., 2nd   Edition.

Sekaran, Uma, (2003). Research Methods for Business. New York: John Wiley & Sons, Inc., 4th edition.

Sugiyono. (2003). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta, edisi 2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar